Kemendikbud Ajak Generasi Muda Bijak Bermedsos untuk Hapus Kekerasan

Foto bersama usai kegiatan Lokakarya bertema "Generasi Muda Bijak Bermedia Sosial Hapuskan Kekerasan di Satuan Pendidikan" di Tasikmalaya. --

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan Komisi X DPR mengadakan Lokakarya bertema "Generasi Muda Bijak Bermedia Sosial Hapuskan Kekerasan di Satuan Pendidikan" di Tasikmalaya. 

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya penggunaan media sosial yang bijak dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan bebas dari kekerasan.

Pelaksana Harian Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek, Anang Ristanto, menekankan bahwa media sosial merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari yang dapat memberikan manfaat besar jika digunakan dengan bijak. 

"Sangat penting bagi generasi muda untuk menggunakan media sosial secara bijak, memilih informasi yang relevan, dan menyebarluaskan hal-hal positif," ujar Anang. 

Dia mengingatkan bahwa penggunaan media sosial yang tidak bijak dapat menimbulkan dampak negatif dan mengganggu keamanan di lingkungan pendidikan sesuai dengan Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan (PPKSP).

Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah, menambahkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia mengandalkan media sosial untuk mendapatkan informasi. Berdasarkan survei Katadata Insight Center tahun 2022, sebanyak 73 persen masyarakat Indonesia mencari informasi melalui media sosial, sedangkan televisi digunakan oleh 60,7 persen. 

Ferdiansyah juga menyebutkan bahwa pada tahun 2024, rata-rata waktu yang dihabiskan masyarakat Indonesia di media sosial adalah 3 jam 11 menit per hari, dengan TikTok menjadi platform yang paling sering digunakan.

Ferdiansyah mengungkapkan keprihatinan mengenai perilaku netizen Indonesia yang berada di urutan terbawah dalam Digital Civility Index (DCI) se-Asia Tenggara, dengan 50 persen netizen terlibat dalam cyberbullying. 

Dia juga mencatat tingginya angka kekerasan di sekolah, seperti 84 persen siswa pernah mengalami kekerasan dan 75 persen siswa mengaku pernah melakukan kekerasan di sekolah.

Ferdiansyah mengimbau generasi muda untuk bijak dalam menggunakan media sosial dengan melindungi data pribadi, memilih informasi yang tepat, dan menghargai privasi orang lain. 

"Kita harus meningkatkan kebersamaan, menjaga perasaan orang lain, serta sopan santun dalam berkomunikasi," tegasnya.

Lokakarya ini dihadiri oleh 200 peserta yang terdiri dari siswa SMA/SMK, mahasiswa, serta guru bimbingan konseling dari Kabupaten/Kota Tasikmalaya. Materi disampaikan oleh pegiat media sosial Ainun Niswati dan Dede Suryaman, Analis Kebijakan Ahli Madya Pusat Penguatan Karakter Kemendikbudristek. 

Ainun Niswati membahas manfaat dan potensi bahaya media sosial, sementara Dede Suryaman memberikan penjelasan tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi (PPKS) dan Pencegahan serta Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan (PPKSP).

Dede Suryaman menutup acara dengan ajakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan aman. "Mari kita bersama-sama bergerak untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan nyaman demi terwujudnya Pelajar Pancasila dan Merdeka Belajar," tutup Dede. (*)

Tag
Share