Representatif Untuk Menggambarkan Tentang Jakarta
MUSEUM SEJARAH: Wisatawan berjalan di sekitar Museum Sejarah Jakarta pada Jumat (28/6/2024). FOTO: ANTARA/LIA WANADRIANI SANTOSA --
Menanti Wajah Baru Museum Menyongsong Jakarta Sebagai Kota Global
Bukan ruang-ruang dengan deretan produk merek ternama, melainkan hal-hal unik soal Jakarta yang lebih disukai wisatawan khususnya dari luar negeri saat menginjakkan kaki di kota yang kini menuju status kota global ini.
---
HAL tersebut dikatakan Associate Professor di Waseda University, Jepang, Riela Drianda merujuk curahan hati para koleganya saat berkunjung ke Jakarta beberapa waktu lalu. Para kolega sang pakar menuturkan ingin mengetahui lebih banyak kultur masyarakat kota. Oleh karena itu, mereka memilih berkunjung ke museum.
Berbicara museum di Jakarta, maka pilihannya bisa lebih dari lima, khususnya yang dikelola Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan data kunjungan museum dari Dinas Kebudayaan DKI Jakarta tahun 2023 terdapat tiga museum dengan total pengunjung terbanyak, yakni Museum Sejarah Jakarta (616.877 orang), Museum Wayang (154.902 orang) serta Museum Seni Rupa dan Keramik (146.420 orang).
Dari museum yang ada, setidaknya ada dua dan salah satunya berada di kawasan Kota Tua yang menurut Riela representatif untuk menggambarkan tentang Jakarta, mengingat informasi yang tersedia untuk pengunjung dan koleksi benda sejarahnya.
BACA JUGA:Rico Pasaribu
BACA JUGA:Terjebak di Atap Rumah Warga Stroke yang Diselamatkan Damkartan
Kendati mendapat label representatif, masih ada catatan perbaikan yang ditinggalkan, salah satunya soal pengaturan jumlah pengunjung. Hal ini dianggap masalah karena menyebabkan hilangnya kesempatan bagi pengunjung yang antusias terhadap perkembangan kota Jakarta untuk bisa berkontemplasi selama beberapa menit akibat pengunjung tumpah ruah di satu sesi kunjungan.
Dengan kata lain, banyak hal yang seharusnya bisa tersampaikan menjadi hilang karena kenyamanan pengunjung belum jadi prioritas. Padahal, menurut Riela, hal-hal semacam ini penting, apalagi Jakarta yang akan menanggalkan statusnya sebagai ibu kota negara kini bersiap sebagai kota global.
"Kita memang harus menyediakan tempat-tempat untuk menunjukkan budaya kita. Tetapi apakah tempat itu nyaman untuk dikunjungi. Jangan-jangan karena AC mati atau pengunjung terlalu ramai kesempatan mengenal budaya jadi berkurang," kata Riela.
Upaya Pemerintah
Perbaikan sarana dan prasarana museum sebenarnya menjadi salah satu fokus Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sejak lama. Kepala Bidang Perlindungan Kebudayaan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Linda Enriany bahkan menyebut ini mutlak dilakukan terlebih mengingat Jakarta akan menuju kota global.
Perawatan berkala pada gedung museum beserta peninggalan sejarahnya juga menjadi perhatian. Perawatan dilakukan sebagai bentuk apresiasi pada museum beserta benda peninggalan sejarahnya, serta agar museum semakin memikat banyak pengunjung.