JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO - Merujuk rilis Indeks Harga Konsumen https://www.bps.go.id/id(IHK) Badan Pusat Statistik (BPS), secara bulanan Inflasi Provinsi Jambi pada Bulan Juli 2024 mengalami deflasi sebesar -0,82% (mtm), lebih rendah dibandingkan realisasi nasional yang mengalami deflasi sebesar -0,18% (mtm). Secara tahunan Provinsi Jambi tercatat mengalami inflasi sebesar 0,90% (ytd) dan 2,14% (yoy), sedikit lebih tinggi laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,89% (ytd) dan 2,13% (yoy).
Secara bulanan deflasi Provinsi Jambi disebabkan oleh penurunan harga pada komoditas Cabai Merah (andil -0,43%), Bawang Merah (andil -0,18%), Daging Ayam Ras (andil -0,15%), Cabai Hijau (andil -0,05%) dan Tomat (andil -0,04%).
Penurunan harga Daging Ayam Ras, didorong oleh normalisasi harga sejalan dengan normalisasi tingkat permintaan pasca berlalunya serangkaian hari libur nasional dan pesta masyarakat. Lebih lanjut, masuknya periode tahun ajaran baru juga diindikasi memicu Rumah Tangga untuk relatif menurunkan tingkat permintaan produk pada kelompok non-pendidikan.
Selain itu, menurunnya harga komoditas ini juga didorong oleh menurunnya harga jagung pakan di tengah periode puncak panen komoditas jagung di Provinsi Jambi yaitu Bulan Juni-Juli. Penurunan harga Cabai Merah, Cabai Hijau dan Bawang Merah didorong oleh stabilisasi pasokan di tengah mulai masuknya periode panen raya untuk komoditas-komoditas tersebut di Provinsi Jambi dan daerah pemasok lainnya (Pulau Jawa).
BACA JUGA:Pemkab Tebo Resmikan Pusat Pendidikan bagi Warga Binaan di Lapas Muara Tebo
BACA JUGA:Dekat dan Merakyat, Warga Harapkan Antos Jadi Walikota Sungai Penuh
Lebih lanjut, penurunan harga Tomat diindikasi oleh peningkatan pasokan seiring dengan adanya Panen Raya Tomat di Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Di sisi lain, deflasi bulanan yang lebih dalam tertahan oleh peningkatan harga pada komoditas Ikan Serai, Sigaret Kretek Mesin (SKM), Ikan Tongkol, Minyak Goreng, dan Cabai Rawit. Peningkatan harga Ikan Serai dan Ikan Tongkol diindikasi oleh keterbatasan pasokan komoditas dan minimnya hasil tangkap nelayan dari daerah pemasok di Provinsi Sumatera Barat yang masuk ke Kabupaten Kerinci.
Peningkatan harga Sigaret Kretek Mesin (SKM) diindikasi terjadi seiring penyesuaian bertahap harga produsen mengikuti kebijakan peningkatan Cukai Hasil Tembakau (CHT) oleh Kemenkeu sejak Januari 2024. Peningkatan harga Minyak Goreng diindikasi terjadi seiring dengan penetapan kebijakan peningkatan HET Minyakita sebesar 12% oleh Kemendag per akhir Juli 2024. Lebih lanjut, Peningkatan harga Cabai Rawit diindikasi oleh keterbatasan masuknya komoditas dari daerah pemasok (Pulau Jawa) sehubungan dengan adanya penurunan produktivitas hasil panen komoditas.
Inflasi di Kota Jambi, Kabupaten Bungo, dan Kabupaten Kerinci. Kota Jambi mengalami deflasi sebesar -0,84% (mtm), inflasi sebesar 0,56% (ytd), dan 1,67% (yoy). Penyumbang utama deflasi adalah cabai merah (-0,31%), bawang merah (-0,18%), daging ayam ras (-0,14%), jeruk (-0,05%), dan tomat (-0,04%). Namun, deflasi tertahan oleh kenaikan harga minyak goreng (0,03%), cabai rawit (0,03%), kontrak rumah (0,02%), jengkol (0,01%), dan kopi bubuk (0,01%).
Kabupaten Bungo mencatat deflasi sebesar -0,30% (mtm), inflasi sebesar 1,81% (ytd), dan 2,77% (yoy). Deflasi utama disumbangkan oleh cabai merah (-0,23%), bawang merah (-0,22%), daging ayam ras (-0,14%), tomat (-0,03%), dan kangkung (-0,03%). Namun, deflasi tertahan oleh kenaikan harga SKM (0,07%), sekolah dasar (0,05%), kontrak rumah (0,05%), emas perhiasan (0,03%), dan sigaret kretek tangan (0,03%).
Kabupaten Kerinci mencatat deflasi sebesar -0,99% (mtm), inflasi sebesar 1,67% (ytd), dan 3,46% (yoy). Penyumbang utama deflasi adalah cabai merah (-0,91%), cabai hijau (-0,20%), daging ayam ras (-0,18%), bawang merah (-0,18%), dan ketimun (-0,06%). Namun, deflasi tertahan oleh kenaikan harga ikan serai (0,19%), SKM (0,13%), ikan tongkol/ikan ambu-ambu (0,11%), pisang (0,05%), dan seragam sekolah anak (0,05%).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Warsono melalui siaran persnya menyebutkan, ke depan, Provinsi Jambi diperkirakan akan mengalami inflasi yang diindikasi oleh meningkatnya inflasi kelompok Volatile Food sehubungan dengan penurunan produktivitas pertanian pangan di tengah masuknya periode musim kemarau. Lebih lanjut, inflasi juga didorong oleh peningkatan harga pada komoditas inti seperti Emas Perhiasan serta komoditas Administered Price seiring dengan adanya tren penyesuaian sejumlah tarif daerah pada Semester III.
"Dalam rangka memitigasi risiko dimaksud, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi terus melanjutkan sinergi dengan Pemerintah Daerah melalui TPID dan Satgas Pangan serta melanjutkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan Gerakan Pangan Murah (GPM) serentak untuk menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif dalam upaya stabilisasi inflasi," sebutnya. (*)