TEHRAN, JAMBIEKSPRES.CO-Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menyatakan bahwa proses mediasi untuk mencapai gencatan senjata di Gaza telah memasuki fase krisis.
Hal ini disampaikan Al Thani dalam percakapan dengan Penjabat Menteri Luar Negeri Iran, Ali Bagheri Kani, yang menekankan urgensi menekan Israel untuk menghentikan kekerasan terhadap warga Palestina.
Dalam pernyataannya, Kani mengungkapkan bahwa mereka membahas kemajuan terbaru mengenai kejahatan yang dilakukan oleh rezim Zionis di Gaza serta langkah-langkah untuk mengakhirinya.
BACA JUGA:Ratusan Warga Palestina Tewas dalam Serangan Israel di Sekolah Gaza
BACA JUGA:Hamas Kutuk Serangan Israel ke Sekolah Tempat Warga Gaza Mengungsi
"Percakapan telepon ini dipimpin oleh Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, untuk membahas perkembangan terkini terkait dengan agresi Zionis dan upaya menghentikannya," jelas Kani sebagaimana dikutip jambiekspres.co dari Antara.
Menurut Kani, diskusi membahas negosiasi yang sedang berlangsung di Doha, yang bertujuan mencapai gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas.
"Al Thani menilai hasil dari tahap perundingan ini sebagai sangat penting," tambahnya.
Pada Kamis pagi, negosiasi signifikan dimulai di Doha, ibu kota Qatar, untuk menyusun kesepakatan antara Israel dan Hamas mengenai pertukaran sandera serta gencatan senjata.
BACA JUGA:Prancis Kecam Pernyataan Israel tentang Kelaparan di Gaza
BACA JUGA:Rumah sakit di Gaza tutup akibat krisis bahan bakar
Diskusi ini melibatkan Direktur CIA AS William Burns, Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, Kepala Intelijen Mesir Jenderal Abbas Kamel, serta Kepala Mossad Israel David Barnea.
Namun, Hamas menolak berpartisipasi dalam pertemuan tersebut dan meminta Tel Aviv mematuhi kesepakatan yang dibuat pada bulan Juli, berdasarkan proposal yang didukung oleh Presiden AS Joe Biden pada Mei dan sebelumnya diterima oleh Hamas, menurut media Israel.
Israel, yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera, terus menghadapi kecaman internasional atas serangan brutalnya yang berlangsung sejak Oktober lalu, setelah serangan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Serangan berkelanjutan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan hampir 40.000 warga Palestina dalam lebih dari 10 bulan konflik.
BACA JUGA:Pasukan Israel Mulai Operasi Militer di Rafah, Jalur Gaza Infrastruktur Hamas Jadi Target
BACA JUGA:Amerika Desk Negara-negara Arab Ambil Bagian Pasukan Penjaga Perdamaian di Jalur Gaza
Sebagian besar wilayah Gaza mengalami kehancuran parah akibat blokade yang menghambat akses terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel juga dituduh melakukan genosida, dan Mahkamah Internasional telah memerintahkannya untuk segera menghentikan operasi militernya di Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan sebelum serangan pada 6 Mei. (*)