KERINCI, JAMBIEKSPRES.CO-Harga jeruk di Kabupaten Kerinci mengalami penurunan drastis hingga mencapai Rp 5 ribu per kilogram dalam beberapa bulan terakhir.
Penurunan harga ini menyebabkan kerugian signifikan bagi petani jeruk di daerah tersebut, yang mengeluhkan ketidakcocokan antara harga jual dan biaya perawatan tanaman.
Dampak penurunan harga ini disebabkan oleh overproduksi jeruk dan penurunan daya beli konsumen, baik di pasar lokal maupun internasional.
Fluktuasi cuaca yang mengganggu kualitas buah juga memperburuk situasi, menyebabkan kerugian pada hasil panen.
“Harga jeruk turun drastis, hanya Rp 5 ribu per kilogram. Sudah tidak sesuai antara harga jual dengan biaya perawatan,” keluh Agil, seorang petani jeruk di Kerinci.
Petani juga menghadapi tantangan teknis seperti serangan hama dan penyakit tanaman, yang sulit diatasi tanpa akses yang memadai ke pestisida dan teknologi modern.
Infrastruktur yang terbatas juga menghambat distribusi jeruk ke pasar yang lebih luas, sehingga meningkatkan risiko kerugian bagi petani.
“Banyak jeruk hasil panen yang terpaksa dibuang karena sudah rusak dan tidak ada pembeli,” tambah Agil.
Pemerintah telah meluncurkan beberapa inisiatif untuk mendukung petani jeruk, seperti subsidi dan bantuan teknis.
Namun, pelaksanaan program-program ini sering menghadapi kendala dalam distribusi dan implementasi yang memadai di lapangan.
“Para petani berharap adanya perhatian yang lebih besar terhadap sektor pertanian, khususnya untuk komoditas jeruk. Mereka meminta dukungan dalam bentuk pelatihan teknologi pertanian terbaru, perbaikan infrastruktur, serta stabilisasi harga pasar agar kesejahteraan dan keberlangsungan usaha mereka dapat meningkat,” harapnya.
Sementara itu, Dinas Pertanian dan Perdagangan Kerinci belum memberikan tanggapan resmi terkait penurunan harga jeruk ini. (*)