Globalisasi yang cepat juga membawa tantangan baru, di mana budaya populer dari Barat dan asing sering kali mendominasi dan mempengaruhi gaya hidup masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, dalam semua lini, termasuk dalam hal berkaitan kulinari seperti kemunculan menu-menu asing yang kadang-kadang melihat namanya pun kita was-was.
Dan yang paling menyedihkan kehidupan menjalankan keyakinan dan agama yang telah dijamin oleh undang-undang dan konstitusi pun kadang-kadang cenderung tergerus oleh pesanan-pesanan liar. Contoh, dalam mensyukuri nikmat kemerdekaan yang ke 79 di tahun 2024 ini pun terlihat seolah-olah ada upaya menjauhkan nilai relegius yang diyakini. Seperti isu hijab bagi peserta paskibraka yang viral. Sehingga pihak MUI dan ormas Islam perlu merespons dan menegaskan sikapnya.
Mentalitas Pasca-Kolonial: Perang Melawan Diri Sendiri
Mentalitas kolonial, atau yang sering disebut sebagai "mentalitas terjajah," adalah salah satu warisan paling sulit dihilangkan. Meskipun Indonesia telah merdeka secara fisik, mungkin juga politis, dalam banyak hal, kita masih terjebak dalam pola pikir yang dibentuk oleh penjajahan. Sikap inferior terhadap bangsa lain, ketidakpercayaan diri, dan kecenderungan untuk meniru budaya asing adalah beberapa contoh mentalitas pasca-kolonial yang masih ada. Bahkan mungin masih sangat kuat. Lihatlah bagaimana penomena kebergantungan akademik, kegagapan dalam berinovasi dan melahirkan teori-teori baru dalam konteks lokal.
Perubahan mentalitas ini memerlukan waktu dan usaha yang berkelanjutan. Pendidikan yang inklusif dan berbasis pada nilai-nilai lokal, penguatan budaya nasional, serta pemimpin yang visioner dan berintegritas adalah beberapa faktor yang dapat membantu mengatasi tantangan ini.
Jalan Panjang Menuju Kemerdekaan Sejati
Dekolonisasi adalah proses yang panjang dan kompleks. Indonesia mungkin telah merdeka secara fisik sejak 1945, tetapi dekolonisasi dalam arti yang lebih luas masih terus berlangsung. Kemandirian politik, ekonomi, penguatan identitas budaya, dan perubahan mentalitas adalah beberapa aspek yang harus terus diperjuangkan.
Nasionalisme yang melahirkan negara-negara bangsa seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina adalah kreasi penjajah di paruh pertama abad ke-20 menjelang keruntuhan kekhalifahan Islam Turki Ottoman. Kelahiran negara-negara bangsa ini terbukti tidak menghentikan penjajahan, hanya mengubah wajahnya saja yang oleh Soekarno disebut nekolim. Penjajahan bentuk baru ini berlangsung hingga hari ini. Bahkan sangat kreatif dan inovatif. Sehingga tidak jarang kita sering terlena dan tenggelam dalam alunan tari dendangnya.
Pertanyaan "Sudah Merdekakah Kita?" adalah pengingat “alarm” bahwa kemerdekaan bukanlah sesuatu yang dapat dicapai dalam semalam, melainkan sebuah proses yang harus dijalani dengan tekad dan kerja keras. Meskipun kita telah mengambil langkah besar sejak proklamasi kemerdekaan, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai kemerdekaan yang sejati, di mana kita benar-benar bebas dari segala bentuk penjajahan, baik itu fisik, politik, ekonomi, budaya, Pendidikan maupun mentalitas. Wallahu a’lam. (HoU & Dosen Departemen Ilmu Sosial & Kemanusiaan College of Continuing Education (CCEd) Univesti Tenaga Nasional (UNITEN) Kajang Selangor-Malaysia)