Setelah lulus kuliah antropologi di UBC (University of Columbia) di Van Couver, Kanada, si putri memang langsung bekerja di sana. Di sebuah lembaga non-pemerintah yang bergerak di bidang penanganan HIV.
Sudah sembilan tahun sang putri tinggal di Kanada. Dia kangen orang tua. Dia minta ijin untuk keluar dari perusahaan. Berhenti bekerja. Dia ingin pulang ke Indonesia.
Akhirnya perusahaan mengizinkan Nabila pulang tapi mempertahankan status kekaryawanannyi. Dia diizinkan bekerja dari Jakarta. Secara online.
Anak ketiga, bungsu, laki-laki, masih tinggal di Jakarta: Muhammad Attar Basri (Attar). Ia lulusan University of Edinburgh, Skotlandia.
Attar sudah diterima bekerja di Ernst & Young. Belum mulai bekerja tapi ayahnya sudah tahu bahwa anak bungsunya sudah diterima di E&Y.
Faisal sudah tahu anak bungsunya pun sudah bisa mandiri.
Jenasah Faisal, Anda sudah tahu, dimakamkan di liang lahat yang dulu dipakai mengubur ayahnya. Sang ayah sudah dimakamkan di liang itu tujuh tahun lalu --meninggal di usia 86 tahun.
Fitri ternyata masih sepupu Faisal. Ibunda Fitri adalah adik ayah Faisal.
Faisal memanggil ibu mertuanya "tante". Kekeluargaan mereka sangat akrab.
Menurut Fitri, dia dan Faisal sudah seperti kakak-adik. Sering pergi bersama keluarga besar. Juga biasa kumpul-kumpul. Sama sekali tidak menyangka akan jadi suami istri.
"Ngerti akan jadi suami lebih baik segera kawin. Dengan demikian saya bisa ikut ke Amerika ketika Faisal kuliah di sana," ujar Fitri berseloroh.
Faisal memang meraih doktor ekonomi di Tennessee. Tepatnya di dekat kota Nashville. Di Vanderbilt Unversity. Ia masih bujangan saat itu.
Bagaimana akhirnya "kakak-adik" ini bisa kawin?
"Mungkin saya kena tulah...hahahaa...", jawab Fitri.
Dulunya Fitri sering bercanda: amit-amit jangan sampai dapat suami orang Batak.
"Makanya jangan suka becanda seperti itu. Akhirnya saya dapat suami orang Batak. Masih keluarga pula," ujar Fitri.