Menelusuri Perjuangan Para Pekerja Galangan Kapal di Kota Kendari
Angin Muson Timur baru saja dimulai bulan ini. Bagi para pekerja servis bengkel kapal, Angin Timur adalah pertanda untuk segera merampungkan pekerjaan mereka. Cuaca tidak bersahabat akan menjadi kendala selama melakukan pengejaan kapal.
---
TAK jauh dari Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Kendari. Nampak sebuah kapal motor nelayan berukuran 20 x 5 Meter dengan berat hampir 30 ton telah dikerjakan sejak tiga bulan lalu di UPTD Balai pelayanan Jasa Dock dan perbengkelan kapal.
Di sinilah para pekerja servis kapal atau docking kapal berperan. Dari tangan-tangan mereka, kapal mampu kembali berlayar dengan baik digunakan nelayan menangkap ikan.
Mansyur (51) sedang menglauskan bagian permukaan lantai kapal dengan mesin gurinda. Tinggal beberapa hari lagi, tahap akhir pengerjaan selesai. Faktor usia menyebabkan kapal mengalami kerusakan hampir ke seluruh bagiannya.
"Sudah dihaluskan, tinggal di cat ulang saja supaya lambung kapal bisa kuat dan tahan lama,” ujar bapak 6 anak ini seerti dikutip dari Pojoksatu.id, Minggu (26/11).
Mansyur dibantu tujuh orang anak buahnya telah bekerja di bengkel ini sejak 2003 lalu, mereka dipercaya mengerjakan setiap kerusakan kapal dengan sistem borongan.
Biaya servis sebuah kapal berjenis GT 30 yang sedang dikerjakan sejak Februari hingga saat ini, dipatok seharga Rp 400 juta lebih. Mansyur dan anggotanya menerima upah 20 persen dari harga tersebut.
"Pemilik minta diganti semua kayunya, tambah ketebalan dinding lambungnya karena lantai kapal sudah banyak keropos, tinggi badan kapal juga ditambah, jadi biaya untuk beli bahannya banyak sekali” jelas Mansyur.
Ketebalan lambung kapal semakin menipis dan kayu dimakan kutu akibat terlalu lama terendam air laut kerap menyebabkan kebocoran. Kondisi itu menjadi permasalahan yang harus dihadapi para pemilik kapal. Saat itulah kapal butuh perawatan.
Pekerjaan Mansyur dan anak buahnya dimulai ketika kapal dibantu mesin penderek selesai memindahkan kapal dari permukaan air ke atas Pit atau landasan kapal yang telah dibuat dari tumpukan pasir atau kayu.
Setelah kapal selesai dinaikkan, dilanjutkan dengan membongkar dinding lambung kapal menyisakan rangka. Seorang anak buah Samsul sigap mempersiapkan bahan kayu, besi, lem khusus, dempul, plat baja dan semua peralatan yang dibutuhkan.
“Bagian paling sulit bagaimana menyusun dan menyatukan bagian-bagian kayu, melengkung membentuk lambung kapal, kita harus ekstra teliti di tahap itu,” ujarnya.
Selama proses pengerjaan, kendala lain yang harus dihadapi Mansyur dan anak buahnya adalah rasa gatal pada kulit akibat terkena percikan serat fiber yang dipasang.