JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO- Peneliti dari Universitas Gadjah Mada, dr. Riris Andono Ahmad MPH, Ph.D, menyatakan bahwa pelepasan nyamuk Aedes aegypti yang telah terinfeksi Wolbachia dapat mengurangi risiko penyakit dengue secara signifikan dalam jangka panjang, bahkan hingga 30 tahun ke depan.
Riris, yang juga menjabat sebagai Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK KMK) UGM, menjelaskan bahwa Wolbachia, bakteri alami yang ada pada banyak serangga seperti kupu-kupu, lalat buah, dan lebah, tidak membahayakan manusia.
Wolbachia juga tidak menginfeksi spesies lain atau mencemari lingkungan biotik dan abiotik.
Dalam penelitian yang dilakukan, nyamuk Aedes aegypti yang disuntikkan Wolbachia menunjukkan penurunan replikasi virus dengue, yang mengurangi kapasitas nyamuk untuk menularkan penyakit tersebut.
Salah satu metode pelepasan nyamuk ber-Wolbachia adalah dengan melepaskan nyamuk jantan yang terinfeksi Wolbachia ke alam, yang kemudian kawin dengan nyamuk betina tanpa Wolbachia.
Hal ini menyebabkan telur yang dihasilkan tidak dapat menetas, sehingga mengurangi populasi nyamuk.
Alternatif lain adalah dengan melepaskan nyamuk jantan dan betina ber-Wolbachia, yang akan menghasilkan keturunan nyamuk ber-Wolbachia.
Program pelepasan nyamuk ber-Wolbachia telah sukses diterapkan di Yogyakarta, dengan hasil menurunnya 77 persen kasus dengue dan 83 persen penurunan fogging di area pelepasan.
Teknologi ini sekarang menjadi bagian dari inovasi dalam program pengendalian dengue oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Riris menambahkan bahwa Kementerian Kesehatan sedang menjalankan proyek percontohan di lima kota di Indonesia lainnya: Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang.
Program ini diharapkan dapat menurunkan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) secara nasional.
Dukungan dari masyarakat dan pemerintah daerah juga sangat diharapkan agar teknologi ini bisa diimplementasikan lebih luas.
Ini termasuk keterlibatan kader masyarakat dan LSM dalam melakukan kegiatan seperti penempatan ember berisi telur nyamuk yang diawasi secara teknis. (*)