Sementara potensi lokal yang bisa ditawarkan adalah petik kopi hingga proses sangrai, sebelum diminum sebagai hasil karya sendiri para wisatawan.
Ketika didukung penganggaran yang memadai, memungkinkan festival itu digelar secara gratis, meskipun untuk fasilitas lainnya harus membayar sebagai upaya menghidupkan perekonomian masyarakat lokal.
Untuk jangka waktu kegiatannya juga bisa lebih lama, seperti halnya festival jaz perdana itu digelar, awalnya dijadwalkan selama tiga hari, namun karena berbagai alasan akhirnya digelar dua hari.
Konsep awal yang hendak dibuat, ada acara penyambutan peserta dengan tarian penyambutan, kemudian ada well come drink, hingga offroad ke sejumlah objek wisata.
Sementara pentas musik jaz digelar malam hari sambil menyantap aneka makanan hasil pertanian setempat, seperti jagung rebus, kacang rebus, hingga getuk talas, sedangkan minuman yang disajikan, mulai dari wedang blung, jahe, teh, dan kopi Muria.
Bersamaan dengan itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus juga tengah melakukan pendataan potensi hasil pertanian masyarakat setempat, di antaranya rempah-rempah yang tengah naik daun, sehingga peluang untuk mempromosikannya menjadi produk unggulan Kota Kudus, sekaligus daya tarik wisata semakin terbuka.
Rempah-rempah yang dihasilkan para petani di kawasan Pegunungan Muria Kudus cukup lengkap, mulai dari jahe, kunir, dan kunyit, cengkeh, temulawak, hingga kunci.
Dengan demikian, kehadiran festival jaz itu juga bisa mengangkat derajat petani rempah, karena bisa mendapatkan nilai jual lebih tinggi, dari pada hanya dijual ke tengkulak.(ant)