Siap Direlokasi, Berharap Kehidupan yang Lebih Baik

Senin 25 Nov 2024 - 21:41 WIB
Editor : Adriansyah

Seluruh lahan pertanian warga terdampak, hasil pertanian warga tahun ini tidak mendapatkan hasil karena seluruh tanaman perkebunan seperti kelapa, kakao dan tanaman perkebunan lainnya terdampak erupsi.

Relokasi yang tengah diupayakan pemerintah menjadi harapan baru bagi warga untuk terlepas dari kekhawatiran dan trauma bencana alam. Langkah ini sekaligus memberikan kehidupan yang layak melalui penyediaan lahan yang memiliki kepastian hukum dan ketersediaan sarana prasarana penunjang kehidupan yang layak.

Hal senada juga disampaikan warga Desa Nawakote, Karolus Kune Boru, yang setuju dengan program relokasi yang dilakukan pemerintah demi keselamatan warga yang bermukim di kaki Gunung Lewotobi Laki-laki.

Persetujuan Karolus tidak lepas dari rasa trauma yang mendalam. Dia melihat langsung kerabatnya menjadi korban luka berat akibat letusan Gunung Lewotobi Laki-laki dan kedua kaki kerabatnya harus diamputasi.

Keselamatan warga menjadi prioritas dalam masa tanggap darurat saat ini. Namun, penyintas juga berharap pemerintah memperhatikan pemulihan ekonomi warga terdampak erupsi, sehingga warga di lokasi relokasi nantinya dapat berdaya dan bangkit dari keterpurukan akibat bencana alam.

Program Relokasi

Merespons harapan para pengungsi, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno mengunjungi satu titik rencana relokasi warga terdampak erupsi Lewotobi Laki-laki pada Minggu (24/11/2024). Lokasinya berada di kawasan Hutan Lindung Wukoh Lewoloroh, perbatasan Kabupaten Flores Timur dan Sikka. Saat ini lokasi tersebut masih menunggu persetujuan dari Kementerian Kehutanan karena termasuk kawasan hutan.

Pratikno di tengah guyuran hujan pada Minggu siang tampak serius memperhatikan penjelasan terkait status lahan itu didampingi Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dan Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto.

Sejauh ini, dalam catatan Kemenko PMK terdapat sebanyak tiga titik lokasi yang diusulkan untuk pembangunan hunian tetap bagi warga terdampak. Ketiga lokasi itu yakni Noboleto, Wukoh Lewuloroh, dan Kojarobet. Titik-titik lokasi itu mencakup lahan hibah yang diberikan oleh masyarakat setempat, tanah adat yang berasal dari suku lain, serta sebagian dari kawasan hutan lindung.

Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu menjelaskan upaya penyediaan hunian tetap bagi para penyintas dilakukan secara komprehensif oleh pemerintah dengan mempertimbangkan aspek komunitas, sosial dan antropologi sebab relokasi dinilai sebagai upaya pembangunan kehidupan masyarakat.

Titik relokasi diharapkan tidak menjauhkan warga dari lahan pertanian, sehingga program relokasi dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat.

Proses finalisasi lokasi hunian tetap, ditargetkan selesai dalam waktu enam bulan mendatang, bertepatan dengan akhir masa penggunaan hunian sementara yang tengah dibangun di Desa Konga. Pemerintah akan terus berupaya mempercepat langkah-langkah konkret untuk mendukung relokasi ini.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan relokasi akan dilakukan bagi 2.209 kepala keluarga dari enam desa di dua kecamatan yakni Kecamatan Wulanggitang dan Kecamatan Ile Bura, karena berada di bawah kaki Gunung Lewotobi Laki-Laki atau dalam radius sekitar 4-5 kilometer dari puncak erupsi.

Desa yang direkomendasikan untuk direlokasi yakni empat desa di Kecamatan Wulanggitang antara lain Desa Klatanlo, Desa Hokeng Jaya, Desa Boru, dan Desa Nawakote serta dua desa di Kecamatan Ile Bura antara lain Desa Nobo dan Desa Dulipali.

Hingga Minggu (24/11), BNPB telah menerima data sebanyak 1.400 kepala keluarga bersedia untuk direlokasi secara terpusat maupun mandiri.

Jenderal bintang tiga TNI Angkatan Darat ini menilai penyintas erupsi di Flores Timur telah memiliki kesadaran untuk direlokasi demi keselamatan diri dan generasi selanjutnya.

Kategori :