Merayu 347 perusahaan tidaklah mudah. Apalagi sebagian dari luar negeri. Mereka berhasil: 95 persen setuju atas syarat yang diajukan Garuda.
Dengan demikian utang yang perlu dicicil Garuda tinggal sekitar Rp 10 triliun. Atau kurang. Itu pun dibayarkan selama 10 tahun.
Dengan demikian Garuda menjadi sangat sehat. Beban pembayaran utangnya sangat kecil. Mustahil kalau tidak bisa mencicilnya selama 10 tahun.
Dirut baru Garuda, Wamildan Tsani Panjaitan, harus menjaga agar cicilan yang sudah kecil itu jangan sampai tidak mampu dibayar. Begitu gagal bayar otomatis Garuda pailit --kecuali ada dewa penolong seperti yang terjadi di Sritex, Solo.
Tentu Tsani juga ingin membesarkan kembali Garuda. Kini armada Garuda sangat sedikit --banyak rute lama yang dihapus atau dikurangi jadwalnya.
Saya lihat orangnya mampu. Saya pernah berbincang bersama di satu acara di Bali. Apalagi ia sudah "magang" selama lebih setahun sebagai dirut Lion Air.
Umur Tsani baru 43 tahun. Ia pensiun muda dari TNI-AU dengan pangkat Kapten. Ia pilot pesawat tempur yang kemudian punya hak mengemudikan Boeing 737.
Tsani alumnus SMA Taruna Nusantara, Magelang. Meski berdarah Batak, Tsani kelahiran Wamena, pedalaman Papua. Maka Tsani menambah jumlah alumni Taruna Nusantara yang masuk jajaran elite di pemerintahan Prabowo Subianto.
Mungkin sudah ada lima generasi Taruna Nusantara yang ada di jajaran elite Prabowo.
(Dirut Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan dan Menkomdigi Meutya Hafid, 3 Desember 2024.-Instagram Wamildan Tsani)
Yang kemudian juga jadi kasak-kusuk adalah: bagaimana nasib Pelita Air.
Awalnya Pelita dijadikan perusahaan penerbangan berjadwal hanya sebagai "cadangan" kalau-kalau Garuda pailit.
Ternyata Garuda bisa diselamatkan. Bisa kembali sehat. Hanya susunan pemegang sahamnya yang berubah.
Kini Garuda dimiliki pemerintah 64,54 persen, Trans Airways 7,99 persen, publik 4,83 persen, dan saham konversi utang 22,63 persen.
Dengan kembali sehatnya Garuda, kini negara punya tiga maskapai penerbangan: Garuda, Pelita, dan Citilink. Tidak mudah kalau ada keinginan untuk menyatukan mereka.(Dahlan Iskan)