Memberdayakan Sampah Tekstil Menjadi Produk Butik Ternama
Ide kreatif selalu lahir dari orang-orang yang berfikir kreatif. Siapa sangka, dari limbah tekstil tak terpakai bisa didaur ulang menjadi karya bernilai tinggi.
---
SEJUMLAH anak muda hingga orang tua silih berganti mendatangi butik mungil berwarna hijau di salah satu pusat perbelanjaan ternama di DKI Jakarta, Grand Indonesia. Sejauh mata memandang, terlihat berbagai jenis produk fesyen mulai dari pakaian, aksesoris, jilbab, hingga kebaya.
Fesyen apik dan cantik yang terpajang di butik ini ternyata adalah hasil daur ulang sampah tekstil, busana atau sisa-sisa kain yang sudah tak terpakai lagi, bahkan dibuang.
Butik adalah toko pakaian eksklusif yang menjual pakaian modern, terutama untuk wanita, yang sesuai dengan mode mutakhir dengan segala kelengkapannya.
Desainer Chitra Subyakto akhirnya tergerak untuk menjadikan bisnis fesyen yang telah dirintisnya sejak 2014, turut membuat produk dari daur ulang. Hal itu bermula dari ajakan para komunitas pecinta lingkungan untuk melihat langsung kondisi alam yang memprihatinkan, karena banyak sampah tekstil menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sungai, hingga laut.
Chitra menyadari bahwa produk fesyen menjadi lima terbesar sebagai penyumbang polusi dunia, mulai dari proses pembuatan sampai akhirnya tidak terpakai lagi.
Oleh karena itu, ia kemudian mencoba bekerja sama dengan sejumlah perusahaan yang mendaur ulang sampah tekstil untuk belajar bagaimana mengolah pakaian bekas menjadi benang. Para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bisa membuat benang-benang menjadi kain juga turut dilibatkan.
Akhirnya benang-benang ditenun menjadi kain, dan dia mulai merancang guna menjadikannya produk pakaian, tas, jilbab, kebaya, aksesoris, fiber penyekat, hingga insulator atau peredam suara.
Produk fesyen hasil daur ulang tersebut dijual mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Kini para penggunanya tidak hanya dari kalangan masyarakat umum dan artis dalam negeri, tapi juga telah menyasar pelanggan luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura.
Sepanjang September 2021 hingga Mei 2023, Chitra telah mengumpulkan sebanyak 5.719 kilogram pakaian bekas yang di daur ulang. Masyarakat juga dapat mengirimkan pakaian dengan kondisi apapun, seperti robek, bolong, ataupun kain perca, yang penting bukan termasuk bahan poliester.
Dengan menyumbangkan pakaian bekas warga sudah ikut kontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan. Ada tiga langkah yang bisa diterapkan dalam menjaga kelestarian lingkungan, dan menyelamatkan para generasi yang akan datang.
Langkah pertama bisa dilakukan dengan membeli pakaian yang bisa digunakan untuk jangka waktu panjang dan tidak kehilangan tren, hindari bahan poliester karena tidak bisa terurai, serta memilih produk lokal yang memperhatikan cara berproses yakni slow fashion.
Kedua, tidak malu menggunakan pakaian secara berulang-ulang, dimana hal itu sudah mulai dikampanyekan lewat sejumlah publik figur. Terakhir adalah tidak langsung membuang pakaian yang sudah rusak, tetapi diperbaiki, atau membuat arisan tukar-tukar baju kepada sesama teman maupun keluarga.