Menikmati Kecak Tradisional dan Kontemporer di Bali
Pementasan Kecak melibatkan 65 seniman asal Nusa Dua sudah mengalami proses regenerasi. Tarian yang dipertunjukkan ketika ada acara besar, menyambut tamu, ataupun momentum lainnya, diangkat dari Epos Ramayana, mengenai satu kisah cinta abadi Rama dan Shinta.
------------------
CAK, Cak, Cak..." Itulah suara khas yang terdengar ketika kita melihat pertunjukan Tari Kecak Bali, sebagai sebuah seni drama tari yang biasanya diperankan oleh 50-150 penari.
Para penari yang sebagian besar pria itu duduk bersila membentuk sebuah lingkaran. Mereka mengenakan pakaian khas berupa kain sarung dan kain kotak yang memiliki warna hitam putih, melingkari pinggang penari.
Tarian yang dipertunjukkan ketika ada acara besar, menyambut tamu, ataupun momentum lainnya itu, diangkat dari Epos Ramayana, mengenai satu kisah cinta abadi Rama dan Shinta. Ada juga perjuangan untuk mempertahankan cinta dan kehormatan. Kisah ini melegenda di kalangan masyarakat Bali, bahkan juga mendunia.
BACA JUGA:Akan Tinggal di Bali
BACA JUGA:BMKG Deteksi Lima Kali Gempa Susulan Guncang Gianyar, Bali
Tari tradisional yang diciptakan oleh seniman Bali Wayan Limbak itu sudah ada sejak kisaran tahun 1930 atau hampir satu abad, namun keberadaannya, hingga kini tetap fenomenal dan memukau.
Kini, atraksi tradisi itu dihadirkan secara rutin di kawasan The Nusa Dua oleh badan usaha milik negara (BUMN) PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) untuk mendorong kunjungan wisatawan datang ke Pulau Dewata.
Sejak Jumat, 10 Maret 2023, Tari Kecak dan Barong tampil di Taksu Art Stage, yang merupakan fasilitas terbaru untuk berbagai pementasan budaya setiap hari Jumat petang di Pulau Peninsula The Nusa Dua.
Pertunjukan Kecak yang rutin di ITDC Nusa Dua itu diawali dengan pementasan Tari Barong, lalu dilanjutkan dengan pertunjukan Kecak yang menyuguhkan penampilan atraktif dari para penari.
Pementasan Kecak yang melibatkan 65 seniman asal Nusa Dua itu sudah mengalami proses regenerasi. Pementasan pada Jumat (13/12/2024) itu banyak melibatkan penari Kecak yang berusia muda.
"Saya lihat kayaknya sudah mulai ada regenerasi penari Kecak dari yang tua ke generasi muda. Itu, bagus. Tapi, pemain muda kayaknya perlu penonton yang banyak agar semangat," ujar bu Alya, dari Surabaya, saat menyaksikan pementasan Tari Kecak di ITDC, Badung-Bali, bersama suami dan dua anaknya.
Bahkan, anak laki-lakinya tampak bersemangat menirukan beberapa adegan penari dalam pementasan di Taksu Art Stage yang berdiri di atas lahan seluas 1.386 m2 dengan kapasitas 600 orang penonton itu. "Benar, anak muda perlu diperkenalkan dengan budaya agar tradisi, seperti Kecak, bisa terus lestari, baik melalui pementasan langsung maupun melalui dunia digital secara masif," katanya.