Syafril Nursal sendiri, kata Pahrudin, meski memiliki kantong suara di Kabupaten Kerinci, tapi wilayah ini juga dipenuhi banyak pentolan. Ada mantan Bupati Kerinci Adirozal, mantan Wakil Bupati Kerinci Ami Taher, Faizal Kadni, Nuzran Joher dan beberapa nama lainnya.
“Jadi kalau rasanya hanya mengandalkan basis di Kerinci, tetap akan sulit. Harus ada penopang suara yang besar di daerah lain,” sebutnya.
Sedangkan Agus Suhardi, kata Pahrudin, juga bersaing dengan nama-nama yang memiliki kantong suara diinternal PDIP. Ada nama Ketua DPD PDIP Edi Purwanto, anggota DPR RI Ihsan Yunus, mantan Bupati Tanjab Barat Syafrial, dan Ratu Munawaroh.
“Dari survei kita terakhir namanya belum muncul. Tinggal apakah efektif atau tidak dengan sisa waktu yang ada. Artinya harus benar-benar kerja ekstra,” katanya.
Dosen Universitas Nurdin Hamzah ini menyebutkan, dari kalkulasi pihaknya untuk terpilih menjadi anggota DPR RI itu minimal harus mengantongi 50 ribu suara. Perolehan suara minimal ini belum tentu menjadi jaminan, karena pada 2019 lalu sebagian besar Caleg terpilih itu memiliki suara diangka 70 ribu.
“Sehingga harus berani keluar kandang, tidak bisa mengandalkan hanya satu variabel dukungan saja. Sekelas HBA saja yang sudah sangat populer, tingkat keterpilihannya di survei kita baru 10 persen,” pungkasnya. (aiz)