Mereka Berjuang Melestarikan Bahasa Namblong

Selasa 11 Feb 2025 - 19:43 WIB
Editor : Adriansyah
Mereka Berjuang Melestarikan Bahasa Namblong

Cerita Vebriani Hembiring Dari Distrik Nimboron Jayapura

Vebriani Hembring (24), perempuan dari Lembah Grime Nawa, Papua, menggenggam keinginan kuat untuk terus melestarikan kebudayaan Suku Namblong di Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura.

——-

SEBAGAI generasi muda adat, anak ketiga dalam keluarga pekebun vanili dan kakao itu memahami betul bahwa merawat bahasa Namblong sama dengan menyelamatkan sukunya dari ancaman kepunahan.

"Mungkin, 2030 nanti bahasa Suku Namblong sudah tidak ada lagi. Karena jumlah penuturnya yang ada sekarang cuma 20 persen dari populasi suku kami. Itu pun mereka sudah lansia semua," kata Vebri saat bertukar obrolan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Injo Yamo, Desa Adat Benyom, RT1 RW11, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura, Papua, Minggu (9/2).

Injo Yamo, yang diambil dari bahasa Namblong, jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti Sekolah Budaya. Digagas oleh Organisasi Gerakan Perempuan Adat (ORPA) Suku Namblong di bawah asuhan Rosita Tecuari (42).

BACA JUGA:Era Baru Pillow Skin dari Papua Red Fruit

BACA JUGA:Papua Barat Terapkan Pengelolaan Limbah Medis Terintegrasi

Sekolah nonformal dengan 40 peserta didik berusia 4 hingga 15 tahun itu seakan jadi penghubung lintas zaman dan generasi untuk mewariskan ragam budaya leluhur bagi para keturunan Suku Namblong.

Misi memperkenalkan bahasa Namblong kepada generasi muda ditempuh pelajar lulusan SMA itu lewat cara unik, salah satunya dengan melibatkan para penutur dalam teknik menganyam tas tradisional Papua, noken.

Bagi Vebri, tas tradisional yang terbuat dari serat kulit kayu, daun, atau batang anggrek itu bukan sekadar wadah untuk mengangkut hasil tanam di kebun. Lewat noken, terselip ragam frasa Namblong dalam setiap proses produksi tas yang bisa ditularkan ke generasi sekarang.

"Karena saat kami berkumpul membuat noken itu ada bahasa yang bisa kami pelajari. Mulai pemilihan bahan dari tumbuh-tumbuhan di kebun sampai simpul dari ikatan noken juga punya bahasanya," katanya.

Selain lewat noken, transfer bahasa adat juga diperoleh peserta didik lewat warisan dari para penyair, seperti pada lagu berjudul "Nyanyian Burung Cendrawasih" yang dilantunkan Vebri dengan lirik berikut ini:

"Yu ngali nombe sip
Kande map ho notadetum
Nombe sup
Nombe imum pong de takwap tnag
Nombe nmbuo tasing de
O yu ngali sya pliptyatam"

Petikan syair itu mengandung arti, "Di mana tempatnya burung-burung Cendrawasi, cantik parasnya, elok rupanya, terdengar suaranya burung burung Cendrawasih".

Kategori :

Terkait