Klinsmann merupakan pelatih dengan pola pikir yang lebih menyerang, dan telah mendorong para pemain muda untuk bermain lebih berani, lebih mengekspresikan diri, dan tumbuh lebih cepat.
“Menurut saya, contoh terbaik adalah Kang-in. Dengan kehadiran Kang-in sekarang ini, dibanding enam bulan lalu, Anda memiliki ritme permainan yang benar-benar berbeda dengan kualitas-kualitasnya,” ucap Klinsmann.
Timnas Korsel memenangi enam pertandingan terakhir mereka, dengan catatan memasukkan 20 gol dan tidak kemasukan sama sekali.
Tetapi Klinsmann menjadi sasaran kritik dari pihak-pihak yang menudingnya terlalu banyak menghabiskan waktu di luar negeri dan mengabaikan Liga Korea.
Ia berargumen bahwa dirinya merupakan pelatih internasional, dan berulang kali menolak permohonan untuk mengubah pendekatannya.
Catatan suram Korsel di Piala Asia merupakan suatu anomali bagi tim yang telah sepuluh kali tampil di Piala Dunia.
Mereka kalah dari tuan rumah Australia pada laga final 2015, dan kemudian didepak Qatar di perempat final empat tahun kemudian.
Korsel akan memulai perjuangannya meraih gelar di Qatar dengan menghadapi Bahrain pada Senin (15/1) depan. Malaysia dan Jordania juga berada di grup yang sama, yang mestinya dengan mudah dapat dikuasai Korsel.
Siapapun lawan yang mereka hadapi, pesan Klinsmann kepada para pemainnya akan tetap sama, yakni membawa pulang Piala Asia.
“Saya percaya pada tim Korea ini, bahwa mereka mampu mewujudkannya karena kami memiliki begitu banyak kualitas dengan banyaknya pemain bagus. Kami mampu memenangi turnamen ini. Ini membutuhkan banyak pekerjaan, banyak momen khusus, namun jelas ini dapat dilakukan,” kata Klinsmann.(ant)