Meskipun beragama Islam, Budiyako menyatakan perayaan Imlek merupakan tradisi keturunan Tionghoa seperti tahun baru hijriah di agama Islam. "Imlek ini perayaan tradisi tahun baru. Untuk itu kita berharap masyarakat di Kota Jambi bisa berpartisipasi bisa merayakan. Dengan merayakan bersama kita akan melihat ada kebersamaan dan taknada perbedaan, karena di Provinsi Jambi cukup bagus selama ini," akunya.
Sementara itu Sekretaris Majelis Tinggi Agama Konghucu (Matakin) Kota Jambi, Johan Taswin menyatakan persiapan tampak telah memasuki final.
Kata Johan, di Kota Jambi ada sebanyak 12 kelenteng yang berada di bawah Matakin Kota Jambi yang menyelenggarakan Imlek.
Ia mengakui dari informasi yang didapatnya tahun ini perayaan Imlek takkan dilengkapi dengan Cap Go Meh atau Upacara Akbar Tolak Bala bagi etnis tionghoa. "Kabar yang saya ketahui tak ada Cap Go Meh karena pertimbangan Pemilu. Lantaran pada 14 Februari merupakan hari kelima Imlek," ucapnya.
Johan mengimbau, pesan dari Matakin pusat agar umatnya tetap menjalankan situasi yang kondusif sebelum atau sesudah Pemilu. "Siapapun pilihan Politik yang menang ataupun kalah agar tetap kondusif dan menjaga hubungan dengan sesama saudara," pungkasnya. (*)