Kota Pelabuhan, Termasuk Jaringan Kota Pusaka Indonesia

Selasa 27 Feb 2024 - 18:54 WIB
Editor : Adriansyah

Namun demikian, di bagian barat wilayah Kota Mataram,  mulai dari Jembatan Ampenan menuju ke Jalan Pabean hingga ke Pantai Ampenan yang kini dikenal sebagai Pantai Boom, masih kental dengan suasana masa lampau.

Memasuki kawasan ini dari Jembatan Ampenan, akan terlihat bangunan-bangunan tua yang masih kokoh berdiri, kendati rata-rata kondisinya kurang terawat.

Kawasan tersebut menjadi saksi bisu atas kejayaan kawasan Ampenan ketika Pelabuhan Ampenan masih beroperasi sebelum dipindah ke Pelabuhan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, sekitar tahun 1977.

Kota Tua Ampenan memiliki ratusan bangunan berarsitek Belanda yang menjadi cagar budaya. Bangunan yang berada di tepian jalan raya yang menghubungkan Kota Mataram dengan kawasan wisata Senggigi itu kini dalam kondisi rusak, tidak terawat, dan tidak berpenghuni.

Kota Tua Ampenan yang menjadi salah satu dari 43 kota di Indonesia yang ditetapkan sebagai Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) ini, dibangun kembali pada 1926 oleh Belanda. Ampenan menjadi kota pelabuhan tempat singgah berbagai suku bangsa.

Pada zaman kolonial  Belanda, Ampenan mengulangi masa keemasanya. Berbagai komoditas penting dari wilayah ini seperti padi,  ternak sapi dan kuda dikirim ke luar daerah, bahkan diekspor ke Hongkong, Singapura, dan Eropa. Pemberangkatan jamaah haji yang sebelumnya di Labuhan Haji, Lombok Timur, mulai berpindah dan dilaksanakan dari pelabuhan ini.

Dengan potensi tersebut, Pemerintah Kota Mataram bertekad membangun kawasan Ampenan menjadi sebuah destinasi wisata kota tua dengan melakukan penataan-penataan kawasan, seperti pengecatan tanpa mengubah bentuk asli serta menambah fasilitas penerangan jalan umum berarsitektur klasik.

Sejumlah bangunan tua di Jalan Niaga juga sudah ditata menjadi sebuah ruang kreatif dikemas dalam sebuah kegiatan "Ampenan Huis" yang dapat digunakan untuk para pelaku seni dan budaya untuk menampilkan hasil karya terbaiknya setiap akhir pekan.

Di sekitar areal Ampenan Huis juga dimanfaatkan untuk berdagang oleh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) guna menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar.

Terkait dengan itu, untuk mendukung terwujudnya destinasi wisata Kota Tua Ampenan, Pemerintah Kota Mataram, juga akan membeli bangunan tua bekas Bank Pemerintah Belanda (Nederlandsch Indische Handelsbank) yang ada di areal bekas Pelabuhan Ampenan.

"Kita sudah siapkan anggaran untuk membeli bangunan tua itu," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Mataram Lalu Alwan Basri. Bangunan tua bekas Bank Belanda tersebut dibeli guna menyelamatkan cagar budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Pembelian gedung itu saat ini dalam tahap penaksiran harga. 

Bangunan dan lahan bekas Bank Netherland tersebut kini sudah menjadi milik pribadi dan pemiliknya saat ini tinggal di Belanda. Ada keluarganya yang masih tinggal di Mataram dan siap menjadi penghubung.

Setelah bangunan bekas Bank Belanda menjadi milik Pemerintah Kota Mataram, maka akan dilakukan penataan kembali guna disiapkan menjadi sebuah museum untuk mempertahan nilai sejarah serta menjadi warisan dan wadah edukasi bagi para generasi mendatang.

Ke depan museum itu akan diisi dengan berbagai benda sejarah berkaitan dengan Pelabuhan Ampenan serta kegiatan sosial masyarakat tempo dulu di daerah ini. 

Untuk merealisasikan museum di Kota Tua Ampenan, pemerintah kota telah menyiapkan konsep bahwa keberadaan Museum Kota Tua Ampenan bisa terintegrasi dengan Kota Tua Ampenan yang menjadi salah satu dari 43 kota di Indonesia yang ditetapkan JKPI, demikian Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana. (ant)

Kategori :

Terkini

Selasa 17 Dec 2024 - 21:46 WIB

Jelang Nataru, Harga Kebutuhan Pokok Naik

Selasa 17 Dec 2024 - 21:44 WIB

Bupati Salurkan Bansos di Seberang Kota

Selasa 17 Dec 2024 - 21:43 WIB

AKD DPRD Tanjabtim Telah Dibentuk