Oleh : Dahlan Iskan
JAMBIEKSPRES.CO - ''Pengalaman membentuk ekspektasi''.
Untuk kembali ke Makkah saya siap mental dapat kursi pojok paling belakang tanpa jendela. Toh saya masih membawa jendela 7-i ke mana-mana.
''Bahagia adalah mendapatkan kenyataan melebihi ekspektasi''.
Hari itu saya bahagia sekali: dapat kursi seperti yang saya inginkan. Nomor 6. Sisi kanan. Saya menghindari sisi kiri. Perjalanan bus ini 13 jam. Ke arah barat. Matahari di sisi kiri.
Begitu masuk bus kebahagiaan saya bertambah-tambah: penumpangnya hanya enam orang. Padahal jendelanya 16. Berarti saya sendiri bisa dapat 10 jendela. Penumpang lain cukup saya beri masing-masing satu.
Saya langsung duduk bersila di kursi itu. Dua kursi milik saya seorang diri. Hati berbunga-bunga. Apalagi sudah ada kacamata kuda.
BACA JUGA:Polisi Periksa Sejumlah Saksi Kasus Bunuh Diri Sekeluarga di Jakut
BACA JUGA:KPU Bentuk Tim Penyelesaian Sengketa Pemilu 2024 di MK
Tiba-tiba saya sedih: alangkah ruginya pengusaha bus ini. Perjalanan 13 jam hanya mengangkut 6 orang. Ini tidak boleh terjadi. Lama-lama rute ini bisa ditutup. Orang seperti saya akan dirugikan.
Saya juga sudah siap mental: hanya akan melihat padang pasir dan padang pasir. Ternyata tidak. Tidak sama dengan jurusan Madinah-Buraydah. Untuk Riyadh-Makkah terlihat lebih banyak kota-kota kecil. Kampung di tengah padang pasir.
Mungkin ini rute tradisional sejak kabilah-kabilah zaman onta.
Tentu saya sering melihat Google Map: sudah sampai di mana. Saya tahan mata ini untuk tidak tidur. Sebentar lagi saya akan menjadi sedikit orang Indonesia yang pernah melihat Wildlife Sanctuary. Namanya: Umm Al Ramth Wildlife Sanctuary.
Saya cari Wikipedia: sedikit sekali informasi tentang cagar alam di tengah padang pasir ini. Itulah cagar untuk melindungi binatang pengungsi. Khususnya burung yang menghindari wilayah dingin.
Padahal, di peta, cagar itu luas sekali. Baik yang kiri maupun yang kanan jalan. Saya perkirakan setidaknya satu jam penuh bus akan melewati di tengahnya.