YERUSALEM, JAMBIEKSPRES.CO-Puluhan ribu jamaah Palestina melaksanakan salat Tarawih di kompleks Masjid Al-Aqsa pada Senin (11/3) malam, meski ada pembatasan yang diberlakukan pendudukan Israel.
Departemen Wakaf Islam mengatakan sekitar 35.000 jamaah menjalani salat Tarawih di dalam Masjid Al-Aqsa, pada hari pertama bulan suci Ramadan di tengah pembatasan pendudukan Israel.
Menurut saksi mata, pasukan Israel melarang pemuda Palestina salat di Masjid Al-Aqsa, bersamaan dengan prosedur ketat di Masjid Al-Aqsa dan sekitarnya selama lima bulan berturut-turut.
Pasukan Israel secara brutal memukul dan menyerang seorang pria Palestina di dekat salah satu gerbang menuju Masjid Al-Aqsa, Bab Al-Zahra, sebelum menahannya.
BACA JUGA:RPP Tata Kelola ASN Menuju Titik Akhir
BACA JUGA:Kemenag Rilis Buku Kultum dan khutbah
Selain itu, mereka juga menangkap penjaga Masjid Al-Aqsa, Khalil Al-Tarhouni dari Kota Tua Yerusalem dan membawanya ke pusat pemeriksaan.
Sebelumnya pasukan pendudukan Israel telah memasang kawat berduri di pagar dekat Masjid Al-Aqsa yang bersebelahan dengan area Lions Gate dengan tujuan mencegah masuk jamaah ke Masjid Al-Aqsa.
Sementara itu, PBB pada Senin menyuarakan keprihatinan atas provokasi yang terjadi di tempat suci di Yerusalem.
Juru Bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan: "Kami selalu khawatir dengan provokasi apa pun yang dilakukan di tempat-tempat suci di Yerusalem."
Pernyataan itu disampaikan saat Dujarric ditanya tentang blokade oleh pasukan Israel terhadap ratusan warga Palestina, yang ingin melakukan shalat tarawih (malam) pertama di bulan suci Ramadan, saat mereka memasuki Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem Timur yang diduduki oleh Israel.
Dia mengingatkan bahwa ada "status quo yang harus dipatuhi dan dihormati."
Al-Aqsa merupakan situs tersuci ketiga di dunia bagi umat Islam. Orang-orang Yahudi menyebut tempat itu sebagai Bukit Bait Suci karena itu merupakan situs dua kuil Yahudi pada zaman kuno.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama Perang Arab-Israel pada 1967. Mereka mencaplok seluruh wilayah kota itu pada 1980, sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Ketegangan meningkat di Tepi Barat sejak Israel meluncurkan serangan militer mematikan ke Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas yang dilakukan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada Oktober 2023.