JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama dengan pemerintah daerah dan warga setempat melakukan revitalisasi KCBN Muaro Jambi sebagai pusat pendidikan serta penguatan ekosistem melalui ekonomi kerakyatan berbasis kebudayaan tak benda. Hal ini sejalan dengan upaya Indonesia mengajukan KCBN Muaro Jambi sebagai situs warisan dunia.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, mengungkapkan bahwa KCBN Muaro Jambi merupakan situs dari era Buddhis terbesar, tidak hanya di Indonesia, melainkan di Asia Tenggara.
“Luas totalnya tidak kurang dari 4.000 hektar, jadi dapat dilihat bahwa seperti kota tersendiri, dan sampai saat ini masih ada temuan-temuan baru di lapangan. Jadi dari segi skala arti penting, dan nilai sejarahnya sangat luar biasa,” ungkap Hilmar Farid dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) bertajuk “Revitalisasi Muarajambi sebagai Warisan Nusantara” yang disiarkan melalui kanal Youtube KEMENDIKBUD RI belum lama ini.
Lebih lanjut, Hilmar menyampaikan bahwa potensi dari KCBN Muaro Jambi untuk penguatan identitas bangsa ketahanan budaya dan pariwisata sangat luar biasa. Hal tersebut dapat dilihat bahwa situs Muaro Jambi berasal dari masa Buddhis yang selama beberapa dekade ini dirawat dan dikelola oleh masyarakat Jambi yang mayoritas beragama Islam.
BACA JUGA:TPP PNS Pemprov Cair Akhir Maret
BACA JUGA:Sudah Tiga Bulan Dana Desa di Sungai Penuh Belum Cair
"Ini merupakan bukti dari Bhinneka Tunggal Ika dalam praktiknya, jadi tidak banyak teori dan retorika, tapi sudah dilaksanakan oleh masyarakat turun-temurun, dan itu adalah alasan yang kuat mengapa kita kemudian memilih Muaro Jambi sebagai fokus untuk tahun ini dalam urusan pelestariannya,” ujar Hilmar dari keterangan resminya yang diterima koran ini.
Ia berharap, revitalisasi KCBN Muaro Jambi dapat berkontribusi pada kemajuan kebudayaan dan pembangunan masyarakat Jambi, karena dari segi skalanya, revitalisasi KCBN Muaro Jambi merupakan yang paling besar setelah revitalisasi Candi Borobudur pada tahun 1973.
“Candi Borobudur merupakan ikon nasional, bahkan internasional, dan dikenal di seluruh dunia. Maka diharapkan dengan dengan KCBN Muarao Jambi yang telah direvitalisasi juga bisa menjadi destinasi wisata berbasis budaya dan religi yang termasyhur di seluruh dunia, karena luas dan usianya bahkan lebih daripada Candi Borobudur. Tidak tertutup kemungkinan ke depannya Muaro Jambi ini juga akan lebih besar,” tutur Hilmar.
Dalam pelaksanaannya, revitalisasi KCBN Muaro Jambi turut melibatkan berbagai pihak, salah satunya pemerintah daerah. Pada webinar yang sama, Gubernur Jambi, Al Haris, menyampaikan bahwa revitalisasi KCBN Muaro Jambi membuka kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai candi. Masyarakat yang tinggal di sekitar KCBN Muaro Jambi pun sudah mempelajari sejarah keberadaan candi.
“Masyarakat sudah mulai menyadari arti penting dari candi ini, dan juga sejarah historisnya. Kita berharap masyarakat juga dapat ikut menjaganya bahkan bisa ikut melestarikan candinya. Sehingga candi ini tidak hanya sesuatu yang ada di Jambi, tapi dapat bernilai dan bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Al Haris.
Al Haris menambahkan, bahwa pemerintah Provinsi Jambi turut mendukung proses revitalisasi KCBN Muaro Jambi. Ia berharap, program-program pemerintah pusat yang sedang dilaksanakan dapat terus berlanjut dengan baik. “Kami dari pemerintah Provinsi Jambi akan terus mendukung apa yang dapat kita lakukan, sehingga program-program pemerintah dapat berjalan dengan baik,” ucapnya.
Seperti diketahui, Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi ditetapkan sebagai warisan budaya melalui penetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 259/M/2013 tentang Penetapan Satuan Ruang Geografis, Muarajambi sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional.
Revitalisasi dan pengembangan KCBN Muaro Jambi diharapkan tidak menghilangkan esensi pedesaannya dan masyarakat tetap menjadi aktor utama dalam pengelolaannya. Selain itu, pembangunan KCBN Muarajambi juga bertujuan untuk mengedukasi masyarakat bahwa kebudayaan bukan sekedar cagar budaya dan seni tari, lebih dari itu, kebudayaan adalah metode dalam pembangunan dan menyiapkan fondasi dasar bagi kemajuan bangsa.(*)