Mempererat Silaturahim Dalam Tradisi Potong Lopis Raksasa

Sabtu 20 Apr 2024 - 12:44 WIB
Editor : Adriansyah

Tradisi Syawalan di Kota Pekalongan yang Terus Dilestarikan

Tradisi pemotongan lopis raksasa sangat erat kaitannya dengan perayaan Lebaran oleh masyarakat Kota Pekalongan, Jawa Tengah, karena agenda itu dilaksanakan setelah hari ke-7 pada bulan Syawal.

---------

KELURAHAN Krapyak Lor dan Krapyak Kidul, Kecamatan Pekalongan Utara, menjadi lokasi tradisi potong lopis raksasa. 

Tradisi syawalan dengan memotong lopis raksasa ini menjadi hal yang paling ditunggu oleh warga baik dari Kota Pekalongan sendiri maupun warga daerah lain karena mereka ada yang percaya bahwa dengan mendapatkan sepotong makanan tersebut maka akan mendapat keberkahan.

Selain itu, hal yang utama dari tujuan penyelenggaraan tradisi potong lopis raksasa atau festival lopis raksasa tersebut adalah sebagai simbol untuk mempererat tali silaturahim antarwarga yang berasal dari berbagai daerah.

Ribuan orang dari berbagai daerah berupaya mendapatkan lopis raksasa pada perayaan tradisi syawalan yang diselenggarakan oleh remaja mushala Kelurahan Krapyak itu.

BACA JUGA:Menteri PANRB Setujui 40.839 Formasi

BACA JUGA:Ingin Kendaraan Baru, Program KKB Bank BRI Solusinya

Mereka rela berdesakan demi mendapatkan potongan jajanan yang terbuat dari bahan baku beras ketan dan campuran kelapa parutan tersebut. Selain itu, pembungkus makanan terbuat dari ketan yaitu daun pisang pun tidak luput diperebutkan.

Seperti halnya, tradisi potong lopis raksasa yang memiliki ukuran berat 2.018 kilogram, tinggi 232 sentimeter, dan diameter 250 sentimeter di Kampung Krapyak Kidul dan yang dibuat oleh remaja Krapyak Lor dengan berat 2.352 kilogram, tinggi 198 sentimeter, dan diameter 85 sentimeter sejak Rabu pagi (17/4) sudah dinanti oleh ribuan orang dari berbagai daerah seperti Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, bahkan Pemalang.

Mereka rela antre karena acara tradisi potong lopis raksasa harus menunggu Wali Kota Pekalongan maupun para sesepuh dan tokoh agama akan memberikan wejangan kepada para pengunjung.

Dalam uraian wejangan sesepuh maupun tokoh agama menyampaikan warga tidak melakukan tindakan musyrik atau menyekutukan Allah Swt. setelah mendapatkan sepotong lopis maupun daun pisang sebagai pembalut makanan itu.

Namun, hal yang penting dalam tradisi itu, masyarakat diminta agar memaknai kegiatan itu sebagai ajang silaturahim sekaligus untuk menjaga persatuan.

Lopis merupakan makanan berbahan dasar ketan dan campuran kelapa yang memiliki daya tarik dan nilai filosofi budaya yaitu persatuan dan kesatuan seperti tertuang dalam sila ketiga Pancasila.

Kategori :