Oleh : Reva Dian Chalista*
“Kami meyakini fundamental Indonesia masih kuat yang akan mendukung stabilitas nilaitukar dan pertumbuhan ekonomi” kata Perry Warjiyo saat RDG bulan Juni 2024.
Tingginya ketidakpastian global, penguatan dollar AS serta ketegangan geopolitik yang tak kunjung reda merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi. Selain itu, berlalunya momentum HBKN Iduladha juga menyisakan kegelisahan resiko inflasi domestik.
Meski potensi resiko tidak setinggi saat HBKN Idul fitri namun momen ini tetap perlu diwasapadai. Moyoritas penduduk Indonesia yang memeluk agama Islam menyambut momen ini dengan suka cita dengan perayaan bersama keluarga. Tentu dalam setiap perayaan linier dengan meningkatkan permintaan atau belanja rumah tangga.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sejumlah komoditas seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah, telur ayam ras menjadi komoditas yang memiliki andil terbesar dalam memicu inflasi. Meski berpotensi memicu inflasi, namun BI menyampaikan perputaran ekonomi dari Kurban di Indonesia tahun 2024 diestimasikan mencapai Rp 34,3T. Nilai tersebut meningkat sebesar 8,5% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2023 atau mengalami peningkatan senilai Rp 2,7 T. Hal ini
memberikan angin segar bagi masyarakat diantaranya membuka lapangan pekerjaan temporer pada sektor peternakan, perdagangan, jasa transportasi dan pengolahan daging kurban.
Selain itu, dampak positif berikutnya yakni meningkatkan kualitas dan pendapatan peternak karena peningkatan demand dengan kondisi supply yang terbatas akan memicu peningkatan harga hewan ternak kurban. Meski demikian, masyarakat tidak perlu panik dan harus bijak dalam berbelanja. Bank Indonesia bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) telah dan akan terus melakukan sejumlah upaya antisipasi. 5 langkah strategis yang dilakukan yakni:
1. Memperkuat produksi pangan
2. Mengakselerasi penerapan teknologi berbasis riset
3. Mendorong investasi
4. Memutakhirkan sistem dan infrastruktur logistik
5. Memperkuat sinergi dan kolaborasi antarlembaga
Melalui Gerakan Nasional Pengendali Inflasi Pangan (GNPIP) yang dilakukan TPID dan TPIP, inflasi tetap terjaga pada sasaran inflasi nasional yaitu 2,5±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Mei 2024 tercatat 2,84% (yoy), lebih rendah dari inflasi pada April 2024 sebesar 3,00% (yoy). Perkembangan ini dipengaruhi oleh inflasi inti dan inflasi administered prices (AP) yang rendah masing-masing sebesar 1,93% (yoy) dan 1,52% (yoy). Sementara itu, inflasi volatile food (VF) menurun dari 9,63% (yoy) menjadi sebesar 8,14% (yoy) sejalan dengan meningkatnya produksi komoditas pangan dipengaruhi masih berlangsungnya musim panen. BI meyakini inflasi tahun 2024 akan tetap terjaga. BI akan terus memperkuat kebijakan moneter pro-stability dan mempererat sinergi Pemerintah Pusat dan Daerah. (Analis Yunior – Departemen Keuangan Bank Indonesia)