Baca Koran Jambi Ekspres Online

Teknologi Bukan Ancaman, Tetapi Teman Baru

SORTIR BIJI KOPI: Ibu-ibu rumah tangga yang bekerja menyortir biji kopi dan tergabung dalam Karana Global di Singaraja, Bali, Kamis (2/10/2025). FOTO: ANTARA/SITI NURHALIZA --

Bukan hanya soal pekerjaan ataupun rutinitas semata, melainkan bentuk perjuangan untuk tetap mandiri tanpa harus meninggalkan anak di rumah.

“Per kilo dibayar dua ribu rupiah. Biasanya bisa dapat lima puluh kilo setiap hari, jadi dapat Rp100 ribu,” kata Niluh sambil tersenyum kecil.

Angka itu mungkin terdengar kecil bagi sebagian orang, tapi bagi Niluh Ramiati, hasil kerjanya setiap hari adalah napas kehidupan untuk membantu menafkahi keluarga dan membiayai kebutuhan anak.

Dua Kekuatan yang Beriringan

Puluhan perempuan yang menggantungkan nasib dan harapannya di lahan Kintamani itu tak pernah khawatir dengan kehadiran mesin yang akan menggantikan pekerjaannya. Menyortir kopi bukan hanya pekerjaan, tetapi cara menjaga dapur tetap mengepul sambil bisa tetap dekat menjaga anak.

Selama dua tahun bekerja di sebuah sudut desa penuh ketenangan, Niluh Ramiati bermodalkan tangan dan matanya awas dalam membedakan mana biji kopi yang layak dan harus disisihkan.

Namun, seminggu terakhir perubahan mulai terasa. Beberapa tahapan pekerjaan kini mulai dibantu dengan kehadiran mesin.

Saat ditanya apakah dirinya khawatir kehilangan pekerjaannya, perempuan beranak tiga ini justru menggeleng. Ada ketenangan di matanya, menggambarkan sosok perempuan dengan kekuatan yang beriringan dengan alat.

“Milihnya lebih gampang, tidak terlalu sulit, tidak ada kotoran juga. Tidak ada rasa takut sama sekali diganti mesin, karena kehadiran mesin membuat waktu lebih efektif,” tuturnya.

Melalui bantuan alat pemilah biji kopi, proses yang sebelumnya memakan waktu seharian kini bisa diselesaikan lebih cepat dengan hasil maksimal. Dahulu hanya 50 kilogram biji kopi, kini bertambah menjadi dua kali lipat.

Semangat Niluh Ramiati tak pernah berubah. Dia tetap datang pagi untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan hati-hati, memastikan setiap biji kopi bersih dan layak olah. Teknologi bukan ancaman, tetapi teman baru yang membantu meringankan beban hidupnya.

Bahkan, di sela-sela aktivitasnya, Niluh masih sempat menertawakan hal-hal kecil seperti anaknya yang berlari-lari di sekitar area pengeringan kopi, atau bercanda ringan bersama pekerja lain untuk mengusir lelah.

Menanam Harapan Dari Hulu

Cerita Niluh Ramiati adalah potongan kecil dari program “Sip for Sustainability”, inisiatif tanggung jawab sosial dari sebuah brand  cafe yang diluncurkan bertepatan dengan Hari Kopi Sedunia 2025 di Bali.

Program ini dirancang bukan sekadar untuk berbagi alat, tapi untuk menanam nilai keberlanjutan, kolaborasi, dan kesejahteraan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan