Harapan Baru Para Pengayuh Becak, Becak Listrik untuk Lansia Cilacap
Konvoi becak listrik bantuan Presiden Prabowo Subianto yang baru disalurkan oleh Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional di Pendopo Wijayakusuma Sakti, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (5/12/2025) ANTARA/Sumarwoto--
Kamiun (58), warga Kelurahan Sidakaya, Kecamatan Cilacap Selatan, menyimpan kisah berbeda karena ia bukan asli pengayuh becak sejak muda. Sebelum tahun 1999, Kamiun adalah nelayan yang mencari ikan di laut. Namun, karena sudah tua dan tidak tahan terhadap udara dingin, ia memilih menjadi pengayuh becak.
Ia mengaku sangat terbantu dengan hadirnya becak listrik yang diyakini dapat meringankan tenaga terutama saat melewati jembatan di kompleks Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC) maupun Kebon Baru.
Saat melewati jembatan yang menanjak itu, ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mendorong becak kayuhnya. Namun dengan becak listrik, ia meyakini becaknya tidak perlu didorong saat melewati tanjakan tersebut.
Sebagai mantan nelayan, Kamiun memiliki beberapa pelanggan tetap di area pelabuhan, yang kerap meminta jasa antar-jemput barang terutama saat ada bongkar muatan kapal penangkap ikan
Dalam sekali angkut, barang yang ia bawa menggunakan becak kayuh bisa mencapai kisaran 100-200 kilogram.
Pendapatan yang diperoleh Kamiun setiap harinya pun tidak menentu karena kadang bisa mencapai Rp100 ribu, kadang hanya Rp50 ribu. Namun ketika ada kapal nelayan yang baru masuk pelabuhan, pendapatannya mengalami peningkatan.
Ia melihat kehadiran becak listrik sebagai peluang di tengah ketatnya persaingan dengan ojek daring. Saat ini, ibu-ibu rumah tangga banyak yang memilih naik ojek daring ketika hendak berpergian. “Tapi saya yakin becak listrik bisa bikin orang penasaran untuk mencobanya,” kata Kamiun.
Saat menyalurkan becak listrik bantuan Presiden Prabowo Subianto di Cilacap, Jumat (5/12), Wakil Ketua Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional (YGSN) Nanik S. Deyang mengatakan untuk tahap pertama, total 180 unit diberikan kepada pengayuh becak lansia. Dari jumlah tersebut, 80 unit untuk wilayah Sidareja dan 100 unit untuk wilayah Kota Cilacap
Sebelum penyerahan, seluruh penerima mengikuti pelatihan pengoperasian becak listrik, sehingga tidak langsung diserahkan. “Ada latihan dari tim YGSN, ada grup koordinasi, dan ada garansi dari PT Pindad yang membuat,” kata dia.
Syarat penerimanya pun sederhana, yakni usia yang diprioritaskan lansia lebih dulu karena mereka paling berat secara fisik untuk tetap bekerja sebagai pengayuh becak.
Nanik menegaskan bantuan tersebut merupakan sumbangan pribadi Presiden Prabowo Subianto, bukan dana pemerintah, dan nilainya sekitar Rp22 juta per unit. Semua itu dilakukan karena Presiden Prabowo ingin para pengayuh becak, terutama yang berusia 70 tahun ke atas, tidak lagi mengayuh becak sampai kelelahan.
Dia pun menceritakan bagaimana program ini dimulai sejak Prabowo masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Melihat banyak pengayuh becak lansia yang tetap bekerja karena kebutuhan ekonomi, Prabowo memutuskan untuk merancang sendiri model becak listrik, kemudian memesan ribuan unit untuk dibagikan secara bertahap.
“Bayangkan, ada yang usia 80 tahun masih narik becak, bahkan ada yang cacat tangan. Beliau bilang, tidak boleh ada orang tua di negeri ini yang harus mengayuh becak dalam kondisi seperti itu,” ungkap Nanik.
Dia mengharapkan becak listrik bisa menjadi alat pemberdayaan ekonomi sekaligus upaya pengentasan kemiskinan, karena banyak dari mereka sebelumnya menyewa becak Rp5 ribu per hari. Namun sekarang punya becak sendiri, sehingga pendapatan mereka diharapkan meningkat.
Tidak hanya itu, kehadiran becak listrik memberi manfaat bagi lingkungan. “Cilacap bisa lebih bersih karena becaknya pakai listrik semua, sehingga ramah lingkungan, kotanya lebih cantik,” katanya.