Baca Koran Jambi Ekspres Online

Tenda Perusuh

Oleh : Dahlan Iskan--

Kami pun mencoba. Hasilnya mobil hijau itu. Berhasil. Saya mencoba mengendarainya dari Depok ke kantor BPPT di Jalan Thamrin. Tanpa AC. Diisi empat orang. Ketika berhasil sampai di Semanggi, betapa bangga hati kami. Mobil listrik buatan Indonesia bisa melaju dari Depok sampai Semanggi Jakarta. Tinggal beberapa kilometer lagi sampai tujuan: kantor BPPT di Jalan Thamrin.

Tapi, begitu sampai bundaran HI, sudah terasa baterai akan habis. Doa pun kami lipat gandakan: semoga bisa sampai BPPT. Tinggal kurang satu lemparan batu lagi!

Doa tidak terkabul. Kurang beberapa puluh meter dari BPPT mobil sudah tidak bisa dipaksa jalan. Kami pun meminggirkan mobil. Agar tidak mengganggu lalu lintas.

Kalau saja hanya diisi tiga orang pastilah tidak kehabisan listrik di jalan. Tapi namanya saja uji coba. Bukan pencitraan. Harus apa adanya.

Tentu kami malu. Tapi bangga. Saya sudah tahu akan banyak yang mencibirkannya. Saya tetap tersenyum. Pun saat turun dari mobil itu.

Apa pun Kang Dasep sudah membuktikan bisa membuat mobil listrik. Bengkel Kang Dasep memang sederhana --tapi sudah punya mesin NCR. Tapi saya pun tahu mobil listrik Geely, di Tiongkok, dimulai dari bengkel yang lebih jelek dari bengkel Kang Dasep.

Kini Geely merajai dunia. Termasuk mampu mengambil alih pabrik mobil Volvo milik Swedia. Itulah bedanya: Tiongkok kini jadi raja mobil listrik dunia. Indonesia kembali jadi konsumen mobil listrik --termasuk mobil listrik made in Vietnam!

Tentu di dinding gedhek itu juga kami pasang mobil listrik Indonesia generasi kedua: Tucuxi. Warna merah itu. Yang nyaris mencabut nyawa saya: mobil itu saya tabrakkan ke tebing batu di dekat Sarangan. Yakni saat saya melakukan uji coba mengemudikannya dari Solo menuju kampung saya di Pesantren Sabilil Muttaqin, Takeran, Magetan. Remnya blong di turunan tajam setelah Sarangan.

Lalu ada juga foto mobil listrik Indonesia generasi ketiga: Selo. Warna kuning itu. Buatan Ricky Elson itu. Sayalah yang minta agar Ricky ”pulang kampung” dari Jepang --membangun Indonesia.

Ternyata Ricky akan ikut datang ke DIC  Farm bersama Perusuh Disway. Rupanya mereka saling kontak sendiri. Saya berkali-kali minta maaf ke Ricky: tidak mudah berjuang di kampung sendiri.

Ternyata Ricky akan ikut hadir di pertemuan Perusuh Disway hari ini. Saya sendiri baru bisa gabung dengan mereka Sabtu malam, tadi malam.

Saat mereka berdatangan saya masih ada acara di Surabaya: bersama dokter ahli kandungan yang sedang reuni akbar. Mereka adalah alumnus Unair se-Indonesia.

Ketika tulisan ini dibuat saya dalam perjalanan menuju DIC Farm milik menantu Pak Iskan itu. Hujan sangat deras. Itu hujan kedua. Sabtu siang sudah hujan deras.

Di jalan menuju lokasi saya dapat kiriman foto: mereka sedang kumpul di Rumah Gedhek. Seperti sedang sharing pengalaman.

Pagi ini saya bersama mereka. Agar nyamuk berbagi: ada yang mengejar mereka, ada pula yang  mengejar saya --kasihan kalau semua hanya menggigit mereka.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan