Mama Momala

Oleh : Dahlan Iskan--

Emhoff, seorang pengacara dan seorang Yahudi membantu di dapur.

Momala yang memasak.

Dua tahun kemudian Momala terpilih menjadi anggota Senat. Inilah saat yang berat bagi Momala: harus lebih banyak berada di Washington DC.

Jumat sore Momala baru bisa pulang ke Los Angeles: menemani Ella ke kolam renang atau latihan basket.

Kadang Momala bersepakat dengan Mama untuk berbagi waktu menemani Ella di akhir pekan.

Problem besar datang di hari ketika Ella wisuda SMA. Momala harus hadir untuk hari bahagia sang anak. Tapi di hari itu Komite Intelijen Senat menjadwalkan memanggil pimpinan FBI soal kasus Rusia. Yang bikin jadwal pasti tidak mempertimbangkan hari kelulusan SMA Ella.

Saking stres berat Momala sampai curhat ke anggota Senat lain yang juga wanita. Akhirnya Momala menelepon Ella. Momala akan pulang tapi tidak bisa tepat waktu.

Penerbangan Washington DC ke Los Angeles adalah empat jam. Momala tidak bisa hadir di kelulusan tapi masih bisa merayakannya dengan makan malam.

Momala menuliskan peristiwa itu dengan indah --lebih indah dari tulisan saya ini. Itu seperti sekaligus membungkam bully-bully dari lawan politik soal perhatian seorang wanita pada anak.

Serangan pada Kamala lebih dari itu. Kamala sampai digelari '’Wanita Kucing’' --ejekan untuk wanita yang tidak punya anak di Amerika. Hanya bisa membesarkan kucing.

Kamala begitu teguh dengan semua bully itu. Waktu jadi kepala kejaksaan San Fransisco dia sudah menghadapi bully seperti itu.

Di sana untuk menjadi kepala kejaksaan harus dipilih rakyat. Harus bersaing dalam Pilkada. Pun ketika jadi jaksa agung California.

Momala sudah terlatih sejak muda untuk menghadapi lawan politik sejenis Donald Trump.(Dahlan Iskan)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan