Gagah dan Jadi Panggung Diplomasi TNI Tingkat Tinggi
KRI BIMA SUCI: KRI Bima Suci di Mako Kolinlamil Jakarta Utara, Sabtu (3/7/2024). FOTO : ANTARA/WALDA MARISON --
Beberapa negara yang terlibat dalam kegiatan tersebut, di antaranya Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Timor Leste, Australia, Chilie, China, India, Italia, Jepang, Korea Selatan, Belanda, dan Turki.
Komandan KRI Bima Suci Letkol Laut (P) Hastaria Dwi Prakoso menjelaskan tercatat ada 32 kadet dari negara sahabat yang ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Mereka sudah berlayar dari Surabaya ke Jakarta dan direncanakan akan berakhir di Singapura pada 9 Agustus 2024.
Di kapal inilah mereka akan saling bersosialisasi, berinteraksi, hingga membangun keakraban yang hangat demi terciptanya hubungan bilateral yang baik antarnegara.
Jalinan hubungan baik itu akan terjadi dalam beberapa kegiatan yang telah dirancang oleh TNI AL, yakni dari mulai pelatihan navigasi bintang dan beberapa teknis lain soal tata cara menakhodai kapal.
Para kadet juga akan diberikan tanggung jawab untuk menakhodai kapal dengan cara manual demi melatih kemampuan navigasi. Manual dalam hal ini adalah hanya mengandalkan angin, layar dan faktor alam lainnya.
Kondisi-kondisi inilah yang akan memicu para kadet dari berbagai negara untuk bahu-membahu dan bekerja sama guna menjalankan tugas.
Tidak hanya itu, para kadet juga akan dihadapkan dengan beragam materi di kelas yang memicu terciptanya diskusi tentang kelautan.
Sejauh ini, para kadet dari berbagai negara sudah larut dalam suasana akrab. Meskipun demikian, tidak dipungkiri adanya kendala gegar budaya yang sempat menjadi penghambat di masa awal kegiatan. Diperlukan beberapa proses adaptasi, dari mulai bahasa hingga dari segi makanan yang disajikan.
Tentu ang saja komunikasi menjadi kendala, mengingat banyak dari para kadet negara tetangga sebenarnya tidak berbahasa Inggris secara lancar.
Meskipun demikian, keterbatasan itu justru dianggap sebagai sarana perekat hubungan karena dipaksa harus saling mengerti satu sama lain.
Beberapa kadet pun juga harus diperingatkan agar soal betapa pedasnya "sambal". Lidah para kadet negara asing itu memang tidak akrab dengan rasa pedas dari sambal yang di Indonesia sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.
Hal yang terpenting dari semua ini adalah bagaimana hubungan antara kadet tingkat internasional ini bisa terjalin dengan baik.
Dengan terjalinnya tersebut hubungan sejak masih berstatus siswa taruna, diharapkan hubungan itu bisa menguat hingga mereka menjadi petinggi di matra angkatan laut masing-masing negara.
Karena yang terpenting dari kegiatan itu adalah para taruna TNI AL dapat membangun jaringan tingkat internasional.