Ajang Pertarungan Generasi Kedua
Anak Kepala Daerah Ramai-ramai Maju di Pileg 2024
JAMBI - Sejumlah Kepala Daerah di Provinsi Jambi rupanya tengah mempersiapkan generasi sebagai penerus trah politiknya. Mereka didorong maju sebagai calon anggota legislatif (Caleg) di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Ada anak Gubernur Jambi Al Haris, Muhammad Rifaldi yang maju sebagai calon anggota DPRD Kabupaten Merangin lewat Partai Amanat Nasional (PAN). Rivaldi maju pada Daerah Pemilihan (Dapil) 4 Merangin yang meliputi Kecamatan Jangkat, Jangkat Timur, Lembah Masurai, Muara Siau dan Tiang Pumpung.
Berlabel anak Gubernur Jambi dan mantan Bupati Merangin dua periode, Rivaldi diprediksi bakal melenggang mulus menuju kursi parlemen. Sebab Rivaldi punya sember daya lebih untuk menggarap suara besar dan mengamankan satu kursi.
Tidak hanya Al Haris, Walikota Sungai Penuh Ahmadi Zubir juga tengah mempersiapkan generasi keduanya di panggung politik Jambi. Sang anak Rucita Arfianisa diturunkan dalam kontestasi Pileg 2024 sebagai Caleg DPRD Provinsi Jambi Dapil Kerinci-Sungai Penuh.
Maju lewat partai PDIP, langkah Rucita juga diprediksi bakal mulus lewat mesin politik yang dimiliki sang ayah. Bahkan partai berlambang banteng menargetkan dua kursi untuk Dapil paling barat Provinsi Jambi tersebut.
Tidak kalah menariknya lagi, dua Bupati Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) Romi Hariyanto dan Bupati Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) Anwar Sadat juga mempersiapkan generasi politiknya.
Romi Hariyanto sendiri mempersiapkan putranya Bima Audia Pratama dan Anwar Sadat mempersiapkan putra Muhamad Adib Mubarak. Keduanya sama-sama maju lewat Partai Amanat Nasional (PAN) dari Dapil 6, Tanjabbar-Tanjabtim.
Lantas bagaimana peluang mereka? Pengamat politik Dori Efendi menilai penomena munculnya anak kepala daerah di Pileg tidak terlepas dari beberapa faktor. Beberapa diantaranya karena minimnya kaderisasi yang membuat partai harus mencari figure potensial untuk bisa didorong maju.
“Perlu disadari bahwa partai masih belum mampu melakukan kaderisasi internal. Sehingga membuat mereka mencari figure potensial ketika gelanggang politik terbuka,” ujarnya, Minggu (19/11) kemarin.
Minimnya kader ini memunculkan simbiosis mutualisme. Karena tidak bisa dipungkiri juga bahwa ada keinginan Kepala daerah untuk mendorong anak ataupun keluarganya.
“Target yang dipasang dari pusat memaksa partai di daerah mencari figure potensial, dan yang sangat memungkinkan adalah mencalonkan salah satunya anak kepala daerah. Tujuannya hanya satu, untuk merebut suara dan mengejar perolehan kursi,” sebutnya.
Lalu apakah ini merupakan salah satu langkah untuk mempersiapkan generasi penerus tahta politik? Dori menyebutkan, kemungkinan itu sangat terbuka. Hanya saja tinggal apakah sosok yang di dorong itu mampu atau tidak.
“Ini waktu yang akan menjawabnya. Apakah mereka nanti diterima atau tidak oleh masyarakat,” katanya.