Terbengkalai, Pada Hal Cukup Vital di Daerah Rawan Bencana

TES: Suasana tempat evakuasi sementara (TES) atau shelter tsunami yang terbengkalai di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Kamis (8/8/2024).--

Shelter Tsunami Lombok Utara Nasibmu Kini

Minggu malam, 5 Agustus 2018, tepatnya pada pukul 19.46 Wita, seismograf milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merekam kurva gempa dengan kekuatan 7,0 skala Richter.

 

EPISENTRUM gempa terdeteksi berada pada 18 kilometer barat laut Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, dengan kedalaman 15 kilometer. Getarannya terasa hingga Pulau Bali dan Sumbawa.

BMKG menyimpulkan titik gempa terletak di daerah pedalaman, dekat Desa Loloan, Kabupaten Lombok Utara. Patahan lempeng Bumi akibat gempa menyebar ke arah utara menjulur hingga ke dasar laut.

BMKG pun kala itu mengeluarkan peringatan tsunami. Kondisi demikian memaksa warga eksodus ke dataran tinggi. Plang jalur evakuasi sudah tak dihiraukan lagi karena bayang pilu tsunami Aceh 2004 turut menghantui.

Dari periode gempa yang terekam terjadi ratusan kali secara berkala, tercatat sedikitnya ada 564 orang meninggal. Ribuan bangunan ambruk dan ratusan ribu orang mengungsi. Dalam peristiwa itu pemerintah mencatat kerugian materiil sedikitnya Rp7 triliun.

Bencana alam 6 tahun silam tersebut ternyata masih meninggalkan trauma bagi Sri Wahyuni, perempuan paruh baya asal Gerung, Kabupaten Lombok Barat.

Bersama anak cucu, Sri telah lama menetap di samping gedung tempat evakuasi sementara (TES) atau Shelter Tsunami yang berada dekat dengan kawasan Pelabuhan Bangsal, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara.

Hingga kini, kondisi bangunan bertingkat tiga lantai tersebut masih menyisakan bekas keganasan gempa tahun 2018. Dari puluhan pilar gedung yang menjulang tinggi, di antaranya terlihat retak dan menampilkan jeroannya, begitu pula dengan kondisi dinding.

Terdapat pula ramp atau jalur pengganti anak tangga dalam kondisi sangat memprihatinkan: menggantung dan rentan roboh. Tak sedikit juga di sekitar gedung terdapat bongkahan dinding bata berserakan.

Siapa pun yang melintas di sekitarnya, pasti merasa prihatin melihat kondisi Shelter  Tsunami. Tak terkecuali bagi Sri. Rasa khawatir menyelimuti setiap melihat anak cucunya sedang asyik bermain dan beraktivitas di sekitar gedung.

"Ngeri kita lihat bangunannya, Pak, apalagi di sini banyak anak bermain," ujar Sri waswas.

Sri berharap Pemerintah bisa segera mengambil langkah konkret untuk mengurus gedung Shelter Tsunami yang sudah lama terbengkalai, mengingat sudah beberapa kali ia melihat pihak Pemerintah datang mengecek, namun belum juga ada tindak lanjut perbaikan.

Tag
Share