Cara Mengurangi Konsumsi Makanan dan Minuman Manis pada Anak
Ilustrasi - Pelayanana kesehatan diabetes pada anak. ANTARA/HO-Halodoc/aa. --
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, Guru Besar Bidang Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, menekankan pentingnya pendekatan bertahap dalam mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis pada anak.
Dalam wawancara dengan ANTARA, Prof. Ali menjelaskan bahwa perubahan drastis dalam asupan gula dapat memicu reaksi tantrum pada anak, yang terbiasa dengan konsumsi makanan manis.
“Pengurangan konsumsi gula harus dilakukan secara bertahap. Penurunan mendadak dapat mempengaruhi tingkat energi dan suasana hati anak, membuat mereka gelisah dan mudah marah,” ujar Prof. Ali sebagaimana dikutip jambiekspres.co dari Antara.
BACA JUGA:Pentingnya Tes HIV, Masyarakat Disarankan Untuk Tes Minimal Sekali Seumur Hidup
BACA JUGA:Kemenkes Laporan 88 Kasus Cacar Monyet di Indonesia, Mayoritas Sembuh
Ia menyarankan agar orang tua mengurangi takaran gula pada minuman anak sedikit demi sedikit dan memilih produk minuman kemasan yang rendah gula.
“Jika orang tua membuat minuman manis di rumah, sebaiknya kurangi gula secara bertahap. Untuk minuman kemasan, pilihlah yang berlabel less sugar,” tambahnya.
Prof. Ali juga menekankan bahwa kebiasaan makan orang tua, terutama ibu, dapat memengaruhi pola konsumsi gula anak.
Oleh karena itu, ia mendorong orang tua untuk meningkatkan pengetahuan gizi dan menjadi contoh dalam penerapan pola makan sehat.
“Edukasi gizi di tingkat rumah tangga sangat penting. Ibu harus menjadi panutan dalam hal ini,” katanya.
Ia menyarankan bahwa konsumsi gula yang direkomendasikan untuk anak usia sekolah adalah sekitar 25 gram per hari.
BACA JUGA:Galon Polikarbonat Apakah Aman Digunakan? Ini Penjelasan Pakar Kesehatan
BACA JUGA:Banyak Pasien Atrial Fibrilasi di Indonesia Masih Berada pada Usia Produktif
“Asupan gula proporsional untuk anak usia sekolah adalah 25 gram per hari. Orang tua bisa memeriksa label gizi pada makanan kemasan untuk mengatur asupan gula,” jelas Prof. Ali.
Menanggapi tren kesehatan, Prof. Ali juga mencatat peningkatan kasus diabetes tipe 1 pada anak usia 12 hingga 18 tahun, yang meningkat hingga 70% dari tahun 2010 hingga 2023 menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (*)