Insentif dan Industrialisasi Dinilai Kunci Kebangkitan Sektor Otomotif Nasional

Sejumlah pengunjung menyaksikan mobil yang dipameran pada hari terakhir Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO- Menurut Yannes Martinus Pasaribu, seorang pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung, industrialisasi dan pemberian insentif pemerintah dapat menjadi solusi untuk memulihkan sektor otomotif nasional yang mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.
Yannes menyatakan bahwa insentif dan industrialisasi adalah langkah penting untuk sektor otomotif, yang telah terpukul keras akibat penurunan jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
"Insentif dan industrialisasi jelas akan memiliki dampak besar pada pasar otomotif nasional," ujar Yannes sebagaimana dikutip dari  ANTARA.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan jumlah orang yang termasuk dalam kelas menengah sebanyak hampir 9,5 juta jiwa dalam lima tahun terakhir.

Penurunan ini telah berdampak pada sektor otomotif nasional selama 15 tahun terakhir, ditandai dengan penurunan pangsa pasar dan penjualan mobil meskipun berbagai upaya telah dilakukan.
Berbagai acara otomotif berskala internasional, seperti pameran tahunan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS), telah diadakan untuk merangsang minat beli.

Namun, Yannes mengkritik bahwa meskipun acara seperti GIIAS dapat meningkatkan penjualan dalam jangka pendek, efeknya tidak bertahan lama.
"Kita sudah mengalami penurunan selama 15 tahun terakhir. Upaya-upaya seperti GIIAS memang membantu sementara, tetapi tren penurunan tetap berlanjut," kata Yannes.
Dia menambahkan, untuk memulihkan sektor otomotif, diperlukan dukungan dari berbagai program insentif dan subsidi pemerintah serta peningkatan dalam industrialisasi.

Yannes menjelaskan bahwa prinsip ekonomi industrialisasi adalah fokus pada produksi dengan nilai tambah tinggi, seperti yang terlihat pada pengolahan nikel menjadi baterai kendaraan yang memiliki nilai jual jauh lebih tinggi dibandingkan bahan baku mentah.
Industrialisasi juga dapat diterapkan di sektor lain, termasuk komponen kendaraan dan berbagai industri terkait.
Pada tahun 2019, jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia tercatat mencapai 57,33 juta jiwa. Namun, angka tersebut turun menjadi 48,27 juta jiwa pada tahun 2023, atau 17,44 persen dari total penduduk.

Penurunan ini berlanjut pada tahun 2024, dengan jumlah penduduk kelas menengah menjadi 47,85 juta orang, atau 17,13 persen dari total penduduk Indonesia. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan