Sumur Resapan Jadi Solusi Jaga Ketersediaan Air Saat Kemarau

Lahan sawah cetak seluas 25 hektar di dusun Aurgading kecamatan Jujuhan terancam kering akibat kemarau.--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO–Dwi Sawung, Manager Kampanye Infrastruktur dan Tata Ruang WALHI Eksekutif Nasional, mengungkapkan bahwa sumur resapan dapat menjadi solusi yang efektif untuk memastikan ketersediaan air selama musim kemarau yang semakin ekstrem.
Menurut Dwi, prioritas penggunaan sumur resapan harus dimulai dari kebutuhan dasar, seperti air minum, diikuti dengan kebutuhan air untuk ternak dan pertanian.

“Peran sumur resapan sangat krusial, baik saat musim hujan maupun kemarau, karena membantu menjaga keseimbangan neraca air. Namun, hal ini perlu didukung dengan pemeliharaan ruang terbuka hijau (RTH) di sekitar,” jelasnya sebagaimana dikutip jambiekspres.co dari ANTARA.

BACA JUGA:Akibat Musim Kemarau, Produksi Kopi Kerinci Turun

BACA JUGA:Krisis Air Bersih Melanda Warga, Akibat Kemarau Berkepanjangan di Jambi
Dwi juga mengingatkan pentingnya pemeriksaan sistem pipa dan wadah penyimpanan air untuk mencegah kebocoran yang dapat menyebabkan pemborosan.

Penjagaan RTH di sekitar juga berkontribusi pada fungsi sumur resapan.
Keberhasilan sumur resapan, lanjutnya, sangat bergantung pada kondisi geologi lokal dan tingkat ekstraksi air tanah.

Di daerah yang mengalami penarikan air secara masif, kemampuan sumur resapan mungkin terbatas.
Dwi menjelaskan bahwa sumur resapan memiliki dampak positif baik dalam jangka pendek maupun panjang.

“Manfaat jangka panjang termasuk pengendalian banjir permukaan dan pengurangan muka air tanah,” tuturnya.

BACA JUGA:Kemarau Panjang, SAH Minta Pemerintah Lakukan Hujan Buatan

BACA JUGA:Kemarau Berkelanjutan Jadi Ancaman Bagi Petani di Sarolangun
Dengan pemanfaatan sumur resapan yang optimal, masyarakat diharapkan lebih siap menghadapi tantangan kemarau dan menjaga keberlanjutan sumber daya air.

Langkah-langkah yang tepat akan menjadikan sumur resapan sebagai bagian integral dalam pengelolaan air di masa mendatang.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa tujuh provinsi di Indonesia kini mengalami kekeringan ekstrem, setelah tidak ada hujan selama lebih dari dua bulan.
BMKG menyebutkan, terdapat 38 daerah di tujuh provinsi yang terdampak kekeringan.

Di Nusa Tenggara Timur, misalnya, Kota Kupang telah mengalami kekeringan selama 144 hari, diikuti oleh Sumba Timur (141 hari) dan Sabu Raijua (128 hari).

BACA JUGA:Kemarau, Hasil Perkebunan di Tanjabtim Anjlok

BACA JUGA:Kemarau Panjang Sebabkan Sumur Warga Kering
Provinsi lainnya yang juga mengalami kondisi serupa adalah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Barat, dan Banten. (*)

Tag
Share