Makamnya Pertama Kali Ditemukan Pada Tahun 1959
MAKAM: Pengunjung berjalan menuju makam pahlawan Laksamana Malahayati di Lamreh, Aceh, Besar, Senin (16/9/2024).--
Adapun Rajeski merupakan keturunan keempat dan menjadi juru kunci yang terakhir. Apabila Rajeski ingin berhenti meneruskan, maka kepercayaan itu bisa ia serahkan kepada anaknya, keponakan ataupun sepupunya.
Selama menjadi juru kunci, Rajeski merasakan berbagai suka dan duka. Ia mengungkapkan waktu teramai masyarakat berbondong-bondong berziarah di Makam Laksamana Malahayati adalah saat Hari Pahlawan yang diperingati pada 10 November dan hari ibu pada 22 Desember.
Soal kesulitan, ia mengaku bahwa pada tahun 2023, keluarganya tidak menerima anggaran perawatan makam. Barulah pada tahun 2024 ini keluarganya menerima anggaran dan mulai melakukan renovasi berbagai fasilitas, salah satunya memperbaiki sumur dengan menambah 10 cincin sehingga total menjadi 40 cincin.
Akan tetapi, renovasi itu tidak ada apa-apanya karena masih dihadapkan pada masalah yang lebih penting, yakni belum adanya air bersih yang mengalir di kamar kecil bangunan makam.
“Sumur sudah ditambah cincin, tapi tidak ada air. Karena sudah menambah cincin sumur, jadi habis anggaran untuk membeli sumur bor,” ucapnya sambil menunjukkan lokasi sumur di samping kamar kecil di dekat gerbang utama.
Kata dia, pengunjung banyak mengeluhkan tidak mengalirnya air pada kamar kecil. Selaku juru kunci, ia pun berharap bisa mendapatkan anggaran khusus untuk membeli alat bor sumur agar bisa memenuhi fasilitas dasar pengunjung.
Selebihnya, ia merasa sudah puas dengan honor yang ia terima setiap bulan sebagai juru kunci. Tanggung jawabnya itu, ia buktikan masih bekerja keras dengan senyum merekah untuk melanjutkan proses renovasi meski Matahari mulai terbenam dan malam akan tiba.Mengambil Hikmah Perjumpaan
Sepulang dari mengunjungi makam, hati ini merasa hangat usai mendengar kisah sejarah Malahayati terpatri melalui situs-situs di Lamreh. Penulis juga terinspirasi mendengar kisah Rajeski yang melanjutkan tradisi sebagai juru kunci dengan penuh ketulusan.
Jika bermuhasabah lagi, tersadar bahwa sejarah dan kehidupan sekitar juga bisa menjadi pelajaran hidup berharga untuk diingat dan diimani dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis pun mengakhiri perjalanan untuk kembali ke Banda Aceh dengan penuh cerita. Pada kesempatan lain, penulis berharap bisa bertemu kembali dengan sosok-sosok yang menginspirasi lainnya. (ant)