Rute Rempah Perlu Dikaji Dari Sudut Pandang Ilmu Pengetahuan Alam
Arsip - KRI Dewaruci berlayar menuju Sabang membawa Laskar Rempah Batch II MBJR 2024 dari Pelabuhan Dumai, Riau, Rabu (19/6/2024). Sebelumnya KRI Dewaruci membawa Laskar Rempah rombongan Batch I Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024 yang telah menempuh --
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sekaligus Ketua Perhimpunan Etnobiology Indonesia (PMEI) Wawan Sujarwo mengatakan rute rempah perlu dikaji dari sudut pandang ilmu pengetahuan alam, di samping aspek sosial dan budaya.
“Menyoroti peran penting dalam ekologi, keanekaragaman hayati rempah-rempah mencerminkan interaksi antara manusia dan lingkungan alamnya,” kata Wawan melalui keterangan di Jakarta, Jumat.
Dia mengungkapkan, meskipun sejarah penggunaan rempah-rempah sudah ada sejak lama dan tersebar luas di berbagai peradaban, namun harus ada bukti kuat dan meyakinkan untuk menunjukkan bahwa rempah-rempah tidak sekadar diperdagangkan sebagai komoditas.
Wawan menerangkan pendekatan ilmu pengetahuan alam dalam mengkaji rute rempah bisa menggunakan disiplin ilmu etnobotani dan fitogeografi.
BACA JUGA:BRIN Ungkap Adanya Peradaban Megalitik
BACA JUGA:BRIN Teliti Obat Antikanker Fluorouracil Dengan Simulasi Multiskala
Etnobotani memberikan pemahaman tentang peran rempah-rempah dalam kehidupan sehari-hari, upacara tradisional, dan pengobatan tradisional. Sehingga, menurut dia, ilmu ini menciptakan dasar yang kuat untuk menganalisis pengaruh budaya.
Sedangkan mengenai fitogeografi rempah-rempah Indonesia, Wawan mengungkapkan distribusi alami dan budaya rempah-rempah tidak hanya berkontribusi terhadap lingkungan, namun juga perdagangan global, pertukaran budaya, dan peradaban.
“Dengan menganalisis distribusi geografis dan ekologis rempah-rempah, kami mencoba melacak pengaruh historis dan kontemporernya yang signifikan secara global,” imbuhnya.
Wawan juga mengungkapkan analisis fitogeografi melalui kode batang DNA dari spesimen yang dikumpulkan. Dengan ini, dapat diidentifikasi hubungan genetik dan memeriksa kontribusinya terhadap keanekaragaman hayati.
Kombinasi etnobotani dan fitogeografi ini, paparnya, menciptakan pendekatan yang komprehensif, serta memberikan wawasan mendalam tentang distribusi tanaman dan peran budaya rempah-rempah dalam masyarakat lokal.
Menurut dia, yang menjadi tantangan jalur rempah sebagai warisan budaya dunia UNESCO adalah akan hilang dan rusaknya bukti fisik, baik karena relokasi, berjalannya waktu, atau bencana alam.
Oleh karena itu, kombinasi tersebut membuka jendela menuju pemahaman mendalam tentang hubungan antara manusia dan alam, juga membentuk landasan yang kokoh untuk menyiapkan berkas warisan dunia. (ant)