Selamat Jalan Bang As'ad, Sang Penolong dan Pribadi yang Hangat
Penulis saat bersama Almarhum Prof Dr H. As'ad Isma, M.Pd dalam satu kegiatan--
Oleh : Ruchman Basori
Bang As'ad, atau yang dikenal sebagai Prof. Dr. As'ad Isma, MPd, Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, telah berpulang. Kabar duka ini saya terima melalui telepon dari Bu Fadilah Husain, Dekan FITK UIN Jambi, dan pesan WhatsApp dari Mas Jakfar dan Muhammad Aziz Hakim pada Sabtu siang, sekitar pukul 14.05. Saat itu, saya sedang berada di Bali untuk sebuah kegiatan. Rasanya, tidak ada yang bisa mempersiapkan kami untuk kepergian yang begitu mendadak ini.
Pertama kali bertemu Bang As'ad pada tahun 2016 saat saya menjabat sebagai Kasi Kemahasiswaan di Diktis. Penampilannya yang besar dan keseriusannya membuatnya tampak menakutkan. Namun, seiring waktu, saya menyadari bahwa beliau adalah sosok yang supel, hangat, dan penuh toleransi.
Sebagai seorang pejuang pendidikan tinggi, Bang As'ad berada di garda terdepan untuk memperjuangkan nasib Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) di wilayah Jambi. Beliau berjuang mendapatkan bantuan sarana dan prasarana, KIP Kuliah, dan program-program pengembangan kemahasiswaan.
Berita mengenai kesehatan Bang As'ad semakin mengkhawatirkan ketika saya mendengar bahwa beliau dirawat di ICU akibat gangguan pembuluh darah. Saya terus berdoa untuk kesembuhannya, namun takdir berkata lain.
Sebagai seorang pemimpin, Bang As'ad dikenang tidak hanya oleh rekan-rekannya di Jambi, tetapi juga di seluruh Indonesia, khususnya dalam lingkungan Nahdliyyin. Beliau adalah sosok yang selalu membangun komunikasi hangat, tanpa sekat antara senior dan junior. Ketika saya menikah pada 26 Januari 2024, Bang As'ad datang membawa rombongan besar, menunjukkan betapa pentingnya persahabatan dan kebersamaan bagi beliau.
Tak hanya itu, saat istri saya meninggal pada 27 September 2022, beliau menunjukkan kepedulian yang luar biasa dengan hadir di pemakaman, menghibur dan memberikan dukungan.
Bang As'ad adalah sosok yang selalu memikirkan kader dan gerakan. Diskusi-diskusi tentang masalah gerakan dan cara merawat kader menjadi agenda rutin kami. Beliau pernah berkata, “Jika kita berjuang untuk orang lain, Tuhan pasti akan memikirkan kita.” Ini mencerminkan filosofi hidupnya yang penuh kebaikan.
Dalam perannya sebagai pemimpin, Bang As'ad dikenal sebagai sosok pemaaf dan elegan. Beliau tidak mendendam meskipun pernah dikhianati, selalu merangkul mereka yang menyakitinya. Ini adalah pelajaran berharga tentang keteladanan dan jiwa penolong yang patut dicontoh.
Perjuangan Bang As'ad dalam membangun harmoni dan moderasi beragama patut diacungi jempol. Hingga akhir hayatnya, beliau masih memimpin Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), menunjukkan komitmennya untuk menciptakan kedamaian.
Selamat jalan, Sang Penolong. Semoga keluarga yang ditinggalkan tabah dan para kader dapat melanjutkan perjuanganmu. Kami akan mengingatmu sebagai pribadi yang luhur dan penuh kasih. Wallahu a'lam bi al shawab. (*)