Upaya Pemberdayaan Desa Sekitar
Agus Widyatmoko, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi--
Revitalisasi Candi Muaro Jambi Rampung
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO- Revitalisasi Candi Muaro Jambi telah rampung dilakukan tahun ini, dan kini fokus beralih pada pemberdayaan masyarakat sekitar.
Agus Widyatmoko, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi, mengungkapkan bahwa upaya pemberdayaan ini akan melibatkan delapan desa di sekitarnya.
“Bentuknya adalah pembentukan peguyuban di delapan desa, dengan target selesai pada bulan November. Kami telah menyusun peraturan bersama Kepala Desa untuk berkolaborasi dalam pengelolaan Kawasan Muaro Jambi,” ujar Agus dalam wawancara dengan Jambi Ekspres, (18/1/2024).
Kegiatan pemberdayaan akan mencakup berbagai aspek, termasuk peningkatan pengetahuan, pengembangan wisata, dan pelestarian nilai-nilai budaya. Agus menekankan bahwa delapan desa tersebut akan menjadi ujung tombak dalam mempromosikan budaya lokal.
BACA JUGA:Candi Muara Jambi, Permata Tersembunyi di Sumatera yang Bisa Menarik Wisatawan Internasional
BACA JUGA:Bank Indonesia Dorong Wisata Gastronomi di Candi Muaro Jambi
“Konsep kami berbeda dengan yang ada di tempat lain. Masyarakat akan aktif terlibat dalam pengembangan wisata budaya,” tambahnya.
Ia memberikan contoh konkret, di mana pedagang yang sebelumnya berjualan di dalam candi kini memiliki tempat yang lebih layak.
“Contohnya, kami telah membentuk peguyuban seperti Pasar Apung dan Danau Lamo, termasuk Desa Baru,” jelas Agus.
Revitalisasi Candi Muaro Jambi, yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, kini sudah selesai dan candi tersebut sudah dapat dikunjungi. Agus menekankan bahwa langkah selanjutnya adalah mengelola kawasan tersebut dengan melibatkan masyarakat setempat.
Pjs Gubernur Jambi, Sudirman, berharap setelah revitalisasi, Candi Muaro Jambi dapat diusulkan masuk dalam tata kelola UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Ia menjelaskan bahwa mengandalkan anggaran APBN dan APBD tidak akan cukup untuk pengelolaan yang optimal.
“Namun, syarat untuk masuk UNESCO tidak mudah. Oleh karena itu, BPKW Jambi telah menyiapkan pemberdayaan masyarakat desa penyangga sebagai salah satu syarat,” ungkap Sudirman.
Ia juga menambahkan bahwa pemberdayaan masyarakat harus dikelola dengan baik agar mereka dapat berpartisipasi aktif dalam pariwisata. “Tata kelolanya ke depan tidak hanya mengajarkan nilai sejarah, tetapi juga memastikan masyarakat berdaya,” tegasnya. (*)