Sampah Plastik Dihasilkan Jadi Bahan Bakar untuk Alsintan

Organisasi Riset Energi dan Manufaktur Badan Riset dan Inovasi Nasional (OREM BRIN) dan Pemerintah Kota Semarang mengembangkan bahan bakar minyak (BBM) bernama Petasol untuk alat mesin pertanian (alsintan) yang dihasilkan dari sampah plastik. --

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang telah berhasil mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM) yang dikenal sebagai Petasol.

Inovasi ini ditujukan untuk mendukung alat mesin pertanian (alsintan), seperti mesin perontok gabah atau power thresher.

Petasol merupakan BBM yang dihasilkan dari plastik polyethylene (PE) dan digunakan sebagai alternatif dalam pengolahan limbah polimer cair untuk mesin diesel alsintan.

BACA JUGA:BRIN Dorong Penguatan Diplomasi Saintifik Indonesia di Kancah Internasional

BACA JUGA:BRIN Siapkan SDM untuk Pemanfaatan Teknologi Nuklir

Peneliti dari Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup BRIN, Tri Martini Patria, menjelaskan bahwa teknologi pirolisis muktikondensor yang digunakan dalam proses ini tidak hanya menyediakan solusi energi yang lebih murah bagi petani, tetapi juga berkontribusi dalam mengurangi limbah plastik.

“Hasil riset daur ulang ini perlu kita manfaatkan agar kesejahteraan petani dapat meningkat, terutama mereka yang tinggal di kawasan pesisir,” kata Tri dalam keterangannya di Jakarta.

Teknologi Fast Pyrolysis (Faspol) yang diterapkan efektif dalam memenuhi standar bahan bakar setara minyak solar, sehingga bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan alat mesin pertanian dengan efisien.

BACA JUGA:BRIN dan Rusia Selenggarakan Festival untuk Kembangkan Talenta IPTEK Nuklir di Indonesia

BACA JUGA:BRIN Dorong Inovasi Pemanfaatan Data Strategis Lewat IC3INA 2024

Selain sampah plastik, BRIN juga memanfaatkan limbah biomassa dengan mengolahnya menjadi briket charcoal.

Kepala Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup BRIN, Nugroho Adi Sasongko, mengungkapkan bahwa briket ini bisa menjadi solusi alternatif bagi kebutuhan energi rumah tangga, menggantikan bahan bakar fosil yang lebih mahal dan tidak ramah lingkungan.

“Dengan pendekatan terintegrasi, proses dari hulu hingga hilir pangan dapat sepenuhnya memanfaatkan energi alternatif ini,” tambah Nugroho.

Inovasi ini tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memberdayakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui produksi dan distribusi briket, yang pada gilirannya dapat memperkuat ekonomi masyarakat. (*)

Tag
Share