Menilik Arah Hilirisasi di Genggaman Presiden Prabowo
Pekerja berjalan di lokasi proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) di Kabupaten Mempawah--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Presiden RI Prabowo Subianto menegaskan komitmennya untuk melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 8 persen.
Hal ini menjadi bagian dari Visi Indonesia Emas 2045, yang bertujuan agar masyarakat memiliki penghasilan hingga 30.000 dolar AS per tahun dan menghindari jebakan pendapatan menengah.
Prabowo menyadari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah, terutama di sektor mineral.
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, serta bauksit dan timah dengan posisi yang sangat strategis secara global.
Kebijakan hilirisasi yang diterapkan melarang penjualan produk mentah ke pasar internasional, mendorong diversifikasi produk olahan untuk meningkatkan nilai tambah bagi industri domestik. Sebagai contoh, nilai ekspor sektor nikel melonjak dari 3,3 miliar dolar AS pada 2017 menjadi 33,5 miliar dolar AS pada 2023 berkat kebijakan ini.
Untuk memperkuat ekosistem hilirisasi, Presiden Prabowo juga menambah nomenklatur Kementerian Investasi menjadi Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Ini memberikan ruang bagi BKPM untuk lebih efektif mengatur hilirisasi, berkoordinasi dengan kementerian lain seperti Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian.
Arah Hilirisasi Mineral
Kementerian ESDM berencana memperkuat rantai pasok antara tambang dan smelter, serta mengembangkan industri lanjutan dari hasil pengolahan mineral.
Untuk nikel, langkah yang akan diambil meliputi pembangunan pabrik hidrometalurgi dan pabrik nikel sulfat, serta pemanfaatan sisa hasil pengolahan.
Hilirisasi bauksit akan dilakukan dengan mempercepat operasi pabrik pemurnian alumina dan meningkatkan penyerapan produk domestik.
Dalam sektor timah, pemerintah akan fokus pada peningkatan penyerapan produk domestik dan pengaturan tata niaga.
Perluasan ke Sektor Maritim dan Agro
Selain mineral, hilirisasi juga akan diperluas ke sektor maritim dan agro. Di sektor maritim, rumput laut menjadi komoditas unggulan, dengan potensi pasar mencapai 11,8 miliar dolar AS.