Kanker Endometrium, Pengaruh Gaya Hidup dan Cara Penanganannya
Ilustrasi kanker payudara (ANTARA/Pexels) --
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO- Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dr. Kartiwa Hadi Nuryanto, Sp.OG(K)Onk mengungkapkan bahwa kanker endometrium, yang merupakan kanker dinding rahim, dapat dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat.
Dalam penjelasannya, Kartiwa menyebutkan bahwa peningkatan paparan estrogen akibat pola hidup modern berkontribusi pada risiko kanker ini.
"Gaya hidup saat ini membuat perempuan lebih rentan terhadap paparan estrogen, yang dapat menjadi salah satu penyebab kanker endometrium," jelasnya saat dihubungi ANTARA.
Hormon estrogen berperan penting dalam perkembangan seksual dan pengaturan siklus menstruasi.
Namun, kelebihan hormon ini dapat berbahaya, meningkatkan risiko kanker payudara, ovarium, dan endometrium.
Kanker endometrium dibagi menjadi dua tipe: tipe 1 yang bergantung pada estrogen dan tipe 2 yang tidak.
"Untuk tipe 1, semua faktor yang meningkatkan produksi estrogen berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker," kata Kartiwa.
Sebaliknya, tipe 2 berkaitan dengan mutasi sel endometrium yang terjadi secara spontan.
Beberapa faktor risiko kanker endometrium antara lain obesitas, tidak memiliki anak, kurang aktivitas fisik, dan riwayat kanker dalam keluarga.
Gejala awal kanker ini seringkali berupa perdarahan vagina yang tidak normal, yang perlu diwaspadai oleh perempuan.
"Kebanyakan perempuan tidak menyadari pentingnya memeriksakan diri saat mengalami perdarahan abnormal, sehingga kanker sering ditemukan pada stadium lanjut," ungkap Kartiwa.
Deteksi dini dapat dilakukan melalui pemeriksaan ketebalan lapisan endometrium. Jika terdiagnosis, pengobatan kanker endometrium meliputi pembedahan, radiasi, dan kemoterapi.
Dalam kasus pasien yang ingin mempertahankan rahim, terapi hormonal dapat dipertimbangkan jika kanker terdeteksi pada stadium awal.
Setelah sembuh, penting bagi pasien untuk menjaga pola hidup sehat guna mencegah kekambuhan.