Efek Kemenangan Trump Terhadap Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Mata Uang Lain
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bersama jajarannya saat konferensi pers APBN KiTa Edisi November 2024--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa meskipun terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) memicu pelemahan nilai tukar rupiah, dampaknya masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara-negara lain.
“Dengan terpilihnya Trump, dolar AS menguat dan rupiah tertekan. Namun, jika dibandingkan dengan negara-negara lain, baik dari G7 maupun G20, rupiah kita masih lebih baik,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi November 2024 di Jakarta, Jumat.
Dolar AS tercatat mengalami apresiasi sebesar 3,13 persen, sementara rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,68 persen sepanjang tahun ini (year-to-date/ytd).
Meski demikian, depresiasi mata uang negara lain lebih signifikan, seperti peso Filipina yang melemah 5,69 persen, won Korea Selatan 6,79 persen, dan yen Jepang 7,78 persen.
“Rupiah kita sempat menguat dengan cukup baik hingga Oktober, bahkan sempat mencapai Rp15.200.
Namun, kemudian ada sentimen global, termasuk potensi penurunan Fed Fund Rate (FFR) dan terpilihnya kembali Presiden Trump,” jelas Sri Mulyani.
Di sisi lain, tren imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN) domestik cenderung stabil, meskipun masih dipengaruhi oleh ketidakpastian global yang cukup tinggi.
Hingga Oktober, yield obligasi 10 tahun Indonesia mengalami penurunan, namun sedikit meningkat pada minggu terakhir menjadi 6,76 persen. Sementara itu, yield US Treasury terus meningkat ke level 4,4 persen.
“Selisih (spread) antara yield obligasi 10 tahun kita dan US Treasury masih relatif rendah,” tambahnya.
Dari sisi aliran modal, pasar SBN Indonesia tercatat menerima aliran dana masuk (inflow) sebesar Rp14,98 triliun pada Oktober.
Namun, pada bulan November (hingga 6 November), tercatat adanya outflow sebesar Rp4,12 triliun, yang dipengaruhi oleh sentimen Pilpres AS.
Meskipun demikian, secara keseluruhan, pasar SBN Indonesia mencatatkan inflow sebesar Rp39,40 triliun hingga tahun ini.
“Kondisi ini akan terus kita pantau dan kelola, terutama menjelang akhir tahun. Kami berharap perekonomian Indonesia tetap dalam posisi positif sampai akhir tahun,” pungkas Sri Mulyani. (*)