Ustadz Imadduddin, Penceramah Milenial Yang Tidak Tarik Bayaran

Ustadz Imaduddin--

“Anak-anak sekarang perlu teladan; sosok panutan yang mereka percayai. Disinilah pentingnya sosok yang dapat menjadi panutan, memiliki kompetensi, serta tidak bersikap otoriter dan merasa paling benar," ungkapnya.

Berbeda dari kebanyakan ustadz atau da’i yang selama ini kerap menerima upah dari dakwahnya. Sebaliknya ustadz Imadduddin – selain tidak menerima bayaran, ia justru banyak membantu serta menganjurkan semangat berderma dan menolong orang. 

Ustadz Imadduddin juga melakukan edukasi tentang urgensinya sikap filantropi untuk meraih kebahagiaan hidup dunia akhirat. Ia aktif serta mengembangkan ekonomi dan sumber daya manusia di Pondok Pesantren Al-Inayah, Jambi.

“Ikutilah mereka yang berdakwah (amar makruf) tidak meminta upah. Merekalah sesungguhnya hamba Tuhan yang diberi hidayah,” papar ustadz mengutip nash al Quran Surat 36:21.

Guna mencukupi kebutuhan sehari-hari, Ustadz Imaduddin bekerja sebagai profesional di sebuah perusahaan multi internasional di bidang jasa hotels, hospitals, catering, banking, serta bisnis pertambangan. Ia menduduki jabatan cukup strategis, sebagai Project Design Expertise.

“Spirit filantropis; kedermawanan ini masih memerlukan penguatan agar berdampak terhadap kehidupan masyarakat luas. Kesadaran berinfaq, bershadaqah, dan berwakaf. Sekaligus mengubah mental orang yang senang menerima sedekah, menjadi pemberi sedekah,” ujar peraih Manager Terbaik PT. Pangansari CSTS Project Tahun 2020 ini.

Ia juga tengah mengembangkan hobi berkeseniannya, diantaranya di dunia seni peran. Belum lama ini ia didapuk menjadi aktor klip penyanyi Ageng Kiwi.

Tidak tanggung-tanggung ia dikontrak membintangi tiga klip sekaligus, berjudul; ‘Allah Maha Segala’, ‘Terlalu’, dan lagu ‘Daripada Daripada’. 

Lagu yang juga diciptakan Ageng Kiwi ini aransemen musiknya dikerjakan musisi Echal Gumilang.

Sebagai bentuk mensyukuri nikmat Allah, ia berharap ada sinkronisasi dan integrasi antara profesi, hobi, dan pengabdian. 

Bagaimana menggabungkan semua potensi sehingga berguna, sebagaimana harapannya bisa menjadi manusia bermanfaat dunia dan akhirat.

Cita-cita Ustadz Imadduddin sederhana, bagaimana umat Islam bisa menata hati. Sehingga Islam disikapi sebagai ajaran cinta kasih, rahmatan lil’alamiin. Lebih ke budi pekerti; ahlaqul karim.

“Amalan yang kita kedepankan menurut saya bagaimana kita menata al-Qalbu; hati; jiwa, hiasannya al-Jalal (kemuliaan). Dengan begitu insya allah atas izin-Nya sampailah kita di gerbang al-Ra’fah (kesantunan)," tandasnya.(adv)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan