Lindungi Masa Depan Bangsa, Cegah Korupsi Sejak Usia Dini
Siswa memainkan kartu kejujuran di Pusat Edukasi Antikorupsi di perpusatakaan Alun-Alun Kota Bandung.--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Psikolog klinis anak, Ratih Zulhaqqi, S.Psi, M.Psi, mengungkapkan bahwa pencegahan korupsi sejak dini dapat dimulai dengan penerapan nilai kejujuran dalam lingkungan keluarga.
Hal ini penting untuk menanamkan pemahaman tentang integritas kepada anak-anak.
Menurut Ratih, salah satu cara sederhana yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan memberikan contoh bagi anak untuk berani mengakui kesalahan.
"Misalnya, ketika anak melakukan kesalahan, kita coba menerima terlebih dahulu apa yang telah dilakukan, baru kemudian mencari solusi. Dengan cara ini, anak tidak merasa dihakimi, dan lebih mudah untuk mengakui kesalahan serta belajar untuk jujur," ujar Ratih kepada ANTARA.
BACA JUGA:Upaya Pencegahan Judi Online, Kemkomdigi dan PPATK Gandeng Operator Seluler
BACA JUGA:Pencegahan Pernikahan Dini, Strategi Membangun Generasi Sehat dan Kompetitif
Ratih menekankan bahwa kejujuran harus diterapkan sejak usia dini. Orang tua, lanjutnya, perlu memberi contoh dan mendukung anak dalam berani mengatakan yang sebenarnya, bahkan ketika menghadapi kesalahan.
Ini penting untuk membentuk karakter anak agar bisa bertindak jujur dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, Ratih juga menyarankan agar anak diajarkan untuk menghargai hak milik dan memahami batasan dalam mengambil barang orang lain.
"Penting untuk memberikan pemahaman kepada anak bahwa hak milik orang lain harus dihargai. Jadi, anak belajar untuk meminta izin terlebih dahulu dan tidak mengambil barang yang bukan miliknya tanpa izin," tambahnya.
Sebagai psikolog yang juga praktik di RS Mitra Keluarga, Ratih menekankan pentingnya pendidikan anti-korupsi yang disesuaikan dengan usia anak.
Orang tua dapat menggunakan metode yang menarik, seperti buku bergambar atau slide, untuk menjelaskan dampak negatif dari korupsi dengan cara yang mudah dipahami oleh anak-anak.
Tidak hanya itu, Ratih juga menyarankan agar orang tua memperdalam pemahaman mereka tentang korupsi, sehingga bisa memberikan contoh nyata yang lebih mudah dipahami anak.
Salah satunya adalah dengan menunjukkan contoh tindakan korupsi yang sederhana namun dapat dijadikan pembelajaran, seperti menyontek, mengkorupsi waktu (misalnya pulang terlambat), atau bahkan mengkorupsi uang dengan tidak memenuhi amanah, seperti tidak bersedekah.
“Orang tua bisa sering berbicara dengan anak tentang dampak dari perilaku korupsi. Meskipun kesenangan dari tindakan seperti itu mungkin dirasakan sesaat, tetapi konsekuensinya lebih besar dan lebih panjang," jelas Ratih.
Dengan pendidikan karakter yang dimulai sejak dini, Ratih berharap anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang jujur dan menghindari tindakan korupsi di masa depan. (*)