Menyimpan Sejarah Tentang Dunia Permusikan di Indonesia

STUDIO MUSIK: Tampilan depan studio musik pertama di Indonesia, yakni Galeri Lokananta di Solo, Jawa Tengah, Rabu (4/12/2024). --

Kemudian, ada ruangan Bengawan Solo untuk melihat proses rekaman musik. Pengunjung dapat melihat deretan alat yang digunakan untuk merekam suara menggunakan medium analog, berupa pita magnetik maupun digital.

Lalu, ada ruangan Aneka Nada yang menampilkan ribuan rekaman suara yang telah diproduksi Lokananta sejak pertana kali berdiri. Setidaknya ada lebih dari 5.760 rilisan rekaman yang telah dipublikasikan oleh Lokananta, belum termasuk rekaman lain yang tidak sempat tersimpan di Lokananta.

Berbagai macam format rekaman telah menjadi bagian dari keseluruhan rilisan studio itu, mulai dari piringan hitam 78 RPM 10 inchi, piringan hitam 33 1/3 RPM 7 inchi, piringan hitam 33 1/3 RPM 10 inchi, piringan hitan 33 1/3 RPM 12 inchi, hingga kaset pita.

Kemudian, ada ruangan Proklamasi yang menampilkan rekaman suara asli Presiden Soekarno, saat membacakan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Hanya saja, suara Presiden Seokarno, saat membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu merupakan hasil rekonstruksi rekaman.

Pada tahun 1950, Kepala Stasiun Radio Republik Indonesia Yusuf Ronodipuro pernah meminta Soekarno untuk merekam pembacaan Proklamasi Kemerdekaan. Namun, usulan itu ditolak oleh Soekarno, karena, menurutnya, Proklamasi Kemerdekaan hanya boleh dilakukan satu kali.

Yusuf, akhirnya berhasil membujuk Soekarno untuk membacakan kembali naskah Proklamasi yang direkam di studio RRI Jakarta pada tahun 1951. Lokananta kemudian memproduksi dan merilis piringan hitamnya pada tahun 1959.

Ada juga ruang Pameran Temporer untuk mengapresiasi karya-karya seniman. Setiap enam bulan sekali, muatan di ruangan tersebut akan berganti.

Saat ANTARA berkunjung ke galeri itu, Pameran Temporer sedang menampilkan perjalanan musik populer Indonesia di tahun 1960 - 1969 bertajuk "Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas". Pameran yang digagas oleh galeri itu bersama Irama Nusantara tersebut menghadirkan sejarah dan karya musik musisi lokal di era 60-an.

Terakhir, ada ruangan pustaka yang dapat digunakan sebagai ruang pertemuan atau rapat.

Jika lelah berkeliling di galeri itu, pengunjung juga dapat beristirahat sejenak di sejumlah gerai makanan di sekitarnya. Ada juga toko musik dan aksesori yang dapat disinggahi untuk berbelanja oleh-oleh.

Jadi, tunggu apa lagi? Selamat menyusuri jejak musik Nusantara di Galeri Lokananta! (ant)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan