Mulai dari Kuliner Berbagai Negara Hingga Kesenian Asia Tenggara
KARNAVAL: Seluruh penampil bersama Hong Kong Chinese Orchestra berkolaborasi dalam acara puncak karnaval drum Hong Kong bertajuk "One Beat, One World: Connecting Through the Drum" di kawasan Art Park di Distrik Budaya Kowloon Barat, Hong Kong, Minggu (8/1--
Sore itu, Art Park terasa sangat semarak dan hangat, seolah mengusir dinginnya udara yang berada di kisaran suhu 19 derajat Celcius.
Perayaan Budaya
Suasana semakin meriah saat matahari mulai condong ke barat. Parade para penabuh drum mulai bergerak menyusuri taman dan berinteraksi langsung dengan penonton.
Penampilan dari Longgang Xinggu Drum Troupe yang memainkan kesenian drum "Hancheng Xinggu" serta Yonghong Peace Drum Troupe of Lanzhou yang menyuguhkan pertunjukan "Lanzhou Taiping Drum" berhasil memukau penonton.
Mereka sukses memainkan kesenian yang menggabungkan tarian dan permainan drum dengan gerakan yang energik, ritme dinamis, dan semangat yang tinggi.
Fokus pertunjukan lalu beralih ke panggung utama. Tepat pukul 17.00 waktu setempat, aktor sekaligus Duta Kehormatan Festival Drum Aaron Kwok Fu-shing memukul "Drum Perdamaian" yang menandai dimulainya puncak acara.
Tepuk tangan membahana dari ribuan penonton, mengiringi dibukanya konser lewat pertunjukan Hong Kong Chinese Orchestra yang dipimpin oleh maestro Chew Hee-chiat.
Penampilan pertama bertajuk "Drums in Celebration of a Bumper Harvest" berhasil membawa penonton larut ke dalam irama musik yang harmonis.
Sorot lampu lalu tertuju pada penampil dari India, Nawaz Mirajkar dan Sruti Pegatraju yang menghadirkan sentuhan eksotis lewat "Dialogue of Rhythm". Irama alat musik tradisional tabla yang dimainkan Nawaz mengalun indah berpadu dengan gerakan tari yang gemulai dari Sruti.
Kolaborasi mereka berlanjut dalam karya "Tabla Concerto Soul of Damaru", yang diiringi langsung oleh Hong Kong Chinese Orchestra. Penampilan ini berhasil menyatukan musik tradisi India dengan harmoni orkestra.
Dari Jepang, R&T oleh Natsuo Shimizu menghadirkan hentakan tap dance dalam karya bernuansa jazz berjudul "So What". Suara sepatu khas "tap dance" menghentak lantai panggung, menghasilkan irama berlapis yang menyatu dengan alunan orkestra.
Nuansa Indonesia pun turut hadir lewat penampilan Orang-Orang Drum Theatre yang berasal dari Malaysia. Mereka membawakan lagu daerah Maluku berjudul "Ayo Mama" yang dimainkan dengan indah bersama Hong Kong Chinese Orchestra.
Lagu tersebut dinyanyikan dalam dua bahasa, yaitu Indonesia dan China oleh vokalis Zyee Leow dan Rosemary Joel. Selain itu, mereka juga memainkan lagu Sarawak Folk "Tuyang Sit in The Corner" dengan menggunakan sape, alat musik tradisional khas Suku Dayak.Penampilan dari grup Negeri Jiran itu seakan menjadi penghubung antara budaya Asia Tenggara dan China. Suara alat musik sape, jidor, hingga gendang berpadu dengan megahnya instrumen musik orkestra.
Hal ini berhasil menciptakan harmoni yang menggugah rasa bangga, terutama bagi warga negara Indonesia (WNI) maupun orang-orang Asia Tenggara yang hadir langsung menyaksikan karnaval tersebut.
Berikutnya, giliran penari Pasha Umer Hood dan musisi Leung Ching Kit menghadirkan keindahan seni dari Asia Tengah lewat "Dap and Uighur Folk Dance Wish" serta "The Silk Road (Excerpts)".