Mati Lagi
Oleh : Dahlan Iskan--
Djoni, seorang Tionghoa mualaf, adalah pengacara. Juga pegiat sosial. Ia pernah punya banyak bisnis karaoke, night club, dan sejenisnya. Sekaligus di beberapa kota. Sejak ramai obat terlarang masuk tempat hiburan malam ia akhiri semua jenis bisnis itu.
"Kalau dilakukan jajak pendapat, lebih 100 persen menginginkan bandara Husein dibuka kembali," katanya.
Djoni mengingat betapa banyak turis belanja dari Singapura dan Malaysia yang datang ke Bandung. "Kita pun mudah kalau mau ke Singapura," katanya.
Setelah itu saya ke Cirebon pekan lalu. Bank Indonesia Cirebon sedang mengumpulkan para pengusaha dan pejabat dari lima kabupaten/kota di wilayah kerjanya: kota Cirebon, kabupaten Cirebon, kabupaten Majalengka, kabupaten Kuningan dan Indramayu. Nama acaranya: Ngariung sa Ciayumajakuning 2024.
Ketika kali pertama jalan tol dari Jakarta tembus sampai Cirebon, ekonomi kawasan ini bergerak lebih cepat. Lalu mendatar lagi: sama dengan rata-rata nasional.
Lima daerah itu begitu berharap bandara Kertajati bisa jadi lokomotif bagi perekonomian setempat. Maka di sela-sela topik utama hari itu saya menyisipkan pertanyaan: siapa yang punya ide bagus agar Kertajati bisa hidup lagi.
"Hanya orang dari daerah ini yang mau sungguh-sungguh memikirkan kemajuan daerah ini," kata saya kepada mereka. "Orang di luar daerah ini tidak akan sungguh-sungguh membela daerah ini. Pun yang dari pusat," kata saya lagi.
Empat orang pun unjuk jari. Saya minta mereka naik panggung. Saya ingin mendengar ada ide apa dari orang-orang daerah sendiri.
"Pesawat yang mendarat di Kertajati mengeluh harga avturnya lebih mahal," kata salah satunya.
Saya tidak tahu kebenaran pendapatnya itu, tapi ia bilang begitulah adanya.
"Mestinya ada shuttle bus dari Bandung dan dari Cirebon," ujar satunya lagi. "Saya heran mengapa konektivitas seperti itu tidak dipikirkan," tambahnya.
Saya juga tidak tahu apakah saat penutupan bandara Husein tidak dibarengi pengadaan shuttle bus seperti dimaksud. Aneh juga.
"Kalau saya, rencana besar untuk kawasan ini harus dijalankan. Rencana itulah yang melatarbelakangi dibangunnya Bandara Kertajati," ujar pendapat ketiga.
Memang, dulu, pernah ada rencana besar, dengan nama besar: menjadikan Cirebon dan sekitarnya seperti kawasan ekonomi yang terintegrasi. Nama kerennya: Aglomerasi.
Ketika Bandara Kertajati selesai dibangun jangankan sudah dilaksanakan, wacananya pun tidak bergema lagi.