Habitat Tergerus, Gajah Liar Ancam Warga
Salah seorang warga menunjukkan salah satu kebun sawit miliknya habis dimakan kawanan gajah liar.--
MUARATEBO, JAMBIEKSPRES.CO – Konflik berkepanjangan antara manusia dan gajah di Bentang Alam Bukit Tigapuluh kembali memanas.
Warga Desa Semambu, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, resah karena kawanan gajah liar terus merusak kebun sawit mereka. Kondisi ini tak hanya mengancam perekonomian warga, tetapi juga keselamatan jiwa.
Halmi, salah satu warga Semambu, bercerita tentang kejadian mencekam saat 17 ekor gajah memasuki kebunnya.
"Saya lihat langsung gajah-gajah itu makan sawit di kebun. Jaraknya cuma 20 meter. Saya pulang cepat-cepat dan ajak keluarga buat usir gajah," ujarnya. Sayangnya, satu hektar kebun sawit milik Halmi habis dirusak.
BACA JUGA:Menjaga Keanekaragaman Hayati, Melindungi Gajah di Lancang Kuning
BACA JUGA:Pertimbangkan Aspek Konservasi, Bangun Lima Titik Perlintasan Gajah
Konflik ini bukan sekadar kerugian material. Dalam beberapa tahun terakhir, tiga ekor gajah dan satu warga kehilangan nyawa akibat bentrokan yang tak terhindarkan.
Kepala Desa Semambu, Heriantoni, mengungkapkan bahwa warga hanya bisa mengusir gajah secara manual, tanpa dukungan signifikan dari pemerintah atau perusahaan sekitar.
“Warga pernah kehilangan nyawa akibat serangan gajah. Ini bukan lagi soal kebun rusak, tapi keselamatan kami,” tegasnya. Heriantoni menyoroti pembukaan lahan besar-besaran yang mempersempit habitat gajah sebagai pemicu utama.
Di sisi lain, pemerintah Kabupaten Tebo sedang menyusun tata ruang yang lebih berpihak pada kelestarian alam.
Zona steril untuk gajah dan zona waspada bagi warga menjadi solusi yang diharapkan bisa mengurangi risiko konflik.
“Kita sedang mengatur ulang tata ruang agar manusia dan gajah bisa hidup berdampingan,” kata Farid, perwakilan BKSDA Jambi.
Upaya pencegahan juga terus dilakukan, seperti pemasangan pagar listrik ramah lingkungan dan sosialisasi jalur migrasi gajah.
“Gajah butuh hutan untuk bertahan hidup, warga butuh kebun untuk makan. Solusinya harus adil untuk semua,” tambah Farid.