Lari dari Kenyataan
M. Rihdo Izwan--
Tiba-tiba, "Aaa ... stop, stop!” aku berteriak sangat keras, membuat guru dan teman-temanku terkejut.
"Kenapa, Ridho?" tanya guruku.
"Maaf, Bu, nggak ada apa-apa. Cuma ngigau, Bu. Saya ketiduran karena semalaman tidak tidur," jawabku bohong, agar guruku tidak mencurigai masalah yang ada di pikiranku.
"Ngapain aja kamu bisa nggak tidur semalaman, Ridho?" tanya guruku lagi, dengan nada emosi.
"Main hape, Bu. Hehe, maaf, Bu," jawabku sambil tertawa, untuk meyakinkan bahwa aku sedang tidak ada masalah.
"Huftt, Astaghfirullah ...," ucap guruku sambil menarik napas.
Beberapa jam kemudian.
Bring, bring, bring .... Teman-temanku bersemangat untuk pulang ke rumahnya, sedangkan aku ... aku masih trauma pada kejadian semalam yang membuat aku takut untuk pulang ke rumah.
"Kenapa kamu belum pulang, Ridho?" kata Rifky.
"Nanti aja, Ki. Aku masih terngiang-ngiang dengan ucapan-ucapan yang kudengar semalam, yang membuatku takut untuk pulang," kataku pelan.
Rifky membujukku agar pulang, yang akhirnya aku pun mengalah. Sampai di depan rumah, aku masih ragu untuk mengetuk pintu. Aku hanya duduk di kursi yang ada di depan rumahku hingga larut malam, sampai aku ketiduran di kursi itu.
"Nak, Nak, kenapa tidur di sini? Hari sudah malam, dari kapan kamu di sini, Nak? Bangun! Pindah ke dalam," ucap orang tuaku yang kaget melihat aku tertidur di kursi depan rumah.
Aku pun terbangun dan mulai beranjak dari kursi tempat aku tertidur. Segera aku masuk rumah tanpa menjawab omongan orang tuaku tadi. Orang tuaku begitu tidak pedulikah? Sampai-sampai tidak ingat aku pulang kapan dan tidak mencari atau meneleponku. Mereka sibuk dengan masalahnya sendiri. Dengan langkah cepat aku pun masuk ke kamarku dan membanting pintu kamar. Setelah mengganti pakaian, aku langsung merebahkan tubuh ke kasur, dan merenung ....
Kenapa setiap hari aku begini? Tidak pernah merasakan apa itu bahagia, selalu merasakan bagian terpuruknya saja. Melihat keluarga orang yang “cemara”, hatiku saja sangat sakit dan iri. Kapan aku bisa seperti itu? Bahkan foto keluarga saja tidak ada. Aku hanya ingin keluargaku harmonis, tidak seperti yang kurasakan saat ini. Tapi itu kapan?
Aku menarik napas panjang. Bergegas untuk tidur, demi mengejar mimpi-mimpi dalam tidurku.