Simbol Perlawanan Hingga Sinyal Oposisi
Anies Bawaswedan saat bertemu Ahok di Balaikota Jakarta.--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO- Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menilai sikap akrab dua eks gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, mengindikasikan makin eratnya hubungan kedua tokoh nasional tersebut.
Keduanya tampak duduk berdampingan dan saling berbisik saat acara di Balai Kota DKI Jakarta beberapa waktu lalu.
“Keeratan hubungan Anies-Ahok diharapkan dapat tertular ke pendukungnya. Setidaknya hubungan pendukung Anies dan Ahok dapat lebih cair sehingga warga Jakarta lebih tentram dan harmonis,” ucap Jamiluddin.
BACA JUGA:Dukungan Anies Perkuat Peluang Pramono-Rano Menang Satu Putaran di Pilkada Jakarta 2024
BACA JUGA:Cak Imin Sebut Anies Dukung Penuh Karirnya di Kabinet Prabowo
Menurut dia, harmonisnya pendukung Anies dan Ahok dapat menjadi kekuatan dalam membantu gubernur dan wagub terpilih, Pramono-Rano, untuk membangun Jakarta.
Hal itu akan memudahkan Pramono-Rano merealisasikan janji-janji politiknya saat kampanye Pilkada 2024.
Jamiluddin menduga, keduanya bisa saja secara bersama akan menyampaikan dukungan penuhnya kepada Pramono-Rano dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai gubernur dan wakil gubernur Jakarta.
“Efek politis, psikologis, dan sosiologisnya akan berbeda bila disampaikan bersamaan,” kata dia.
Selain itu, Anies dan Ahok tampaknya akan melakukan pidato politik bersama. Pidato politik itu bisa jadi respon mereka terhadap persoalan berbangsa dan bernegara.
Diantaranya bisa berkaitan dengan Pilkada melalui DPRD, kembali ke UUD 1945, PPN 12 persen, pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), dan penanganan pelanggaran HAM.
“Jadi, Anies dan Ahok bisa saja menyampaikan hal-hal yang spesifik terkait Joko Widodo, terutama isu-isu sensitif terkait Jokowi pasca pensiun presiden,” tuturnya.
Bila Anies dan Ahok menyampaikan hal itu, bisa jadi sebagai awal mendeklarasikan sebagai simbol oposisi. Mereka ingin menjadi simbol perlawanan terhadap pemerintahan yang berkuasa saat ini.
“Posisi itu berpeluang akan mereka ambil mengingat lemahnya partai oposisi saat ini. Hanya PDIP yang saat ini berada di luar kekuasaan,” pungkasnya. (gwb)